HomeTerkiniKonsep Penyediaan Gas untuk PLTGU Jawa 1 Berubah

Konsep Penyediaan Gas untuk PLTGU Jawa 1 Berubah

Berdasarkan temuan lenders, lebih dari 90 isu di mana syarat dan ketentuan (term and condition) tidak sesuai dengan logika bisnis, best practice, serta terjadinya inkonsistensi. Antarklausul banyak yang tidak align (satu dengan yang lainnya tidak sejalan). Itulah mengapa megaproyek Jawa 1 tidak bisa diterapkan (workable), bahkan tidak bankable.


pinterpolitik.comKamis, 19 Januari 2017.

JAKARTA – Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mengingatkan PLN pernah menegaskan pihaknya akan memberi jaminan pasokan liquefied natural gas (LNG) untuk proyek PLTGU Jawa 1. Namun, bila terjadi gangguan pasokan LNG, PLN tidak akan mengganti kerugian dalam waktu 30 hari, sampai PLN mendapatkan LNG pengganti.

Tentu saja ini merupakan unfair risk allocation dan menjadi isu bank-ability. Sepertinya terjadi kelalaian PLN dan procurement agent-nya pada saat terjadi perubahan konsep penyediaan gas, yang awalnya tanggung jawab peserta lelang menjadi tanggung jawab PLN, kata Ferdinand kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Berdasarkan temuan lenders, lebih dari 90 isu di mana syarat dan ketentuan (term and condition) tidak sesuai dengan logika bisnis, best practice, serta terjadinya inkonsistensi. Antarklausul banyak yang tidak align (satu dengan yang lainnya tidak sejalan). Itulah mengapa megaproyek Jawa 1 tidak bisa diterapkan (workable), bahkan tidak bankable.

Mulai dari hal yang mendasar diduga PLN salah perhitungan dalam hal penentuan kapasitas floating storage and regasification unit (FSRU) dalam dokumen tender. PLN menetapkan pasokan LNG untuk PLTGU Jawa 1 dari Tangguh, dengan desain kapasitas kapal yang dapat diterima oleh FSRU ditentukan 125.000 – 155.000 m3.

Dari requirement tersebut, sesuai logika sederhana, kapal LNG yang digunakan untuk membawa LNG dari Terminal Tangguh ke FSRU tidak lebih besar dari 155.000 m3. Sementara dalam lima tahun ke depan, kapal-kapal LNG milik Tangguh sudah tidak ada lagi yang sesuai dengan kapasitas tersebut. Kapal-kapal LNG Tangguh ke depan akan memiliki kapasitas 170.000 m3.

Baca juga :  Betulkah Jokowi Melemah? 

Ia mengemukakan, tentu saja hal ini menjadi contoh yang sangat mudah dicerna oleh publik bahwa memang proyek ini tidak workable. Hal ini merupakan cacat teknis atau mismatch, mengapa PLN meminta desain 125.000 – 155.000 m3 sementara kapal yang tersedia pada 2020 berkapasitas lebih besar.

Ada indikasi PLN akan meminta peserta lelang untuk memodifikasi FSRU-nya agar cocok dengan kondisi saat ini. Kalau sudah begini, siapa yang akan menanggung biaya modifikasi tersebut?

Ketidakkompetensian PLN, khususnya di sektor LNG, juga berimbas pada miskalkulasi perhitungan kebutuhan kargo LNG. Operating regime PLTGU Jawa 1 dengan availability factor 60 persen diduga membutuhkan lebih dari 16 kargo yang disiapkan PLN dari Tangguh.

Dengan kata lain, komitmen LNG oleh PLN tidak cukup untuk mengoperasikan PLTGU Jawa 1 pada operating regime-nya. Belum lagi kita membahas dari perspektif jangka waktu pasokan LNG dan analisis sistem transportasinya. Hal-hal ini tentu saja menjadi fokus pengembang dan para lenders tentunya dan termasuk isu utama bank-ability proyek Jawa 1.

Seperti diberitakan, kisruh megaproyek PLTGU Jawa 1 masih berlanjut. Namun, kabar terakhir menyebutkan, konsorsium Pertamina dan PLN telah mendekati kesepahaman dan dalam waktu dekat akan meneken perjanjian jual beli (Power Purchase Agreement/PPA) listrik PLTGU Jawa 1.

Pada Oktober 2016, PLN menetapkan konsorsium Pertamina bersama Marubeni dan Sojitz Corporation sebagai peringkat pertama atau pemenang tender proyek PLTGU Jawa 1. Sesuai persyaratan, setelah 45 hari sejak pemenang tender diperoleh, PLN dan konsorsium Pertamina seharusnya sudah menandatangani PPA, namun molor dan hingga kini belum diketahui kapan perjanjian itu ditandatangani.

Proyek PLTGU Jawa 1 adalah bagian dari program pembangunan pembangkit 35.000 megawatt, yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi pada awal masa pemerintahannya, dan karena itu perlu diselamatkan. Proyek ini berkapasitas 2 800 mw dan nilai investasi untuk pembangunannya ditaksir US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun. (S21/E19)

Baca juga :  Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...