“Sepanjang jalan kenangan, kita kan selalu bergandeng tangan…”
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]aktu debat capres tanggal 17 Februari, jujur, Presiden Joko Widodo membuatku ternganga. Data-data yang ia utarakan itu loh, maknyus sekali. Wah, ternyata pemerintah telah melakukan banyak hal untuk negara ini ya, pikirku kala itu. Mamakku saja hampir setiap saat berteriak, “Dua periode! Dua Periode! Kamu juga harus pilih nomor 01 biar nggak jadi anak durhaka.” Ya, aku pun cuma bisa manggut-manggut demi bisa jadi anak kesayangan.
Tapi beneran deh, waktu debat itu, Jokowi bisa memaparkan data dengan amat keren. Cuma sayang, ku terlanjur melihat pergulatan pendapat dan cek fakta di sosial media dan media massa. Jadi, sekarang udah bukan ternganga-nganga lagi, tapi temingkem-mingkem. Hmmm, jadi data yang kemarin itu fatamorgana? Hmmm…
Ehhh, tapi dari sekian banyak fakta yang beredar, masih ada beberapa klaim Jokowi yang masih belum ditelusuri faktanya. Misalnya saja soal pembangunan jalan hingga 191 ribu kilometer dan 58 ribu unit irigasi di desa-desa dalam kurun waktu 3 tahun dengan dana desa Rp 187 triliun. Wow banget kan? Kalau kata kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, apa mungkin Jokowi bisa membangun 4,7 kali lingkar bumi hanya dalam waktu singkat?
Betapa saktinya pemerintahan rezim ini, sampai-sampai bisa bangun jalan sebegitu panjangnya dalam waktu singkat... Share on XSejauh yang aku lihat, cek fakta yang dilakukan beberapa media hanya berpaku pada data kementerian. Bukan apa-apa nih, kan kementerian masih bagian dari pemerintah berkuasa di bawah kendali presiden petahana. Jadi ya, supaya lebih adil, coba kita bandingkan biaya pembangunan jalan di negara-negara lain.
Menilik artikel berjudul “High cost of road construction” di situs Thedailystar.net tahun 2017, Tiongkok menghabiskan dana sebesar USD 1,1-1,3 juta per kilometer, sedangkan India sebesar USD 1,3-1,6 juta per kilometer. Biaya itu dianggap jauh lebih murah dibandingkan biaya pembangunan jalan di Bangladesh yang bisa menghabiskan USD 6,6-11 juta.
Nah, coba sekarang kita ambil tengah-tengahnya, 1,3 juta, dikalikan 191 ribu kilometer jalan, kira-kira harganya jadi USD 248 miliar. Kalau dirupiahin biayanya bisa lebih Rp 300 triliun. Itu belum ditambah biaya pembangunan unit irigasi ya kan?
Hmm, jadi apakah lagi-lagi Jokowi salah melihat data? Kalau begini ceritanya, besok-besok mending nggak usah ngambil data dari pemerintahan deh. Atau paling tidak bandingkan dengan data dari lembaga lain. Kalau seperti itu kan bisa lebih asyik, gak kena aksi-aksi media dan aktivis “iseng” yang melakukan cek fakta. Hehehe. (F41)