“Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan” ~ Mignon McLaughlin
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]itengarai menjadi solusi dari kisruh di tubuh partai Beringin, Munaslub segera digelar dengan dukungan 34 DPD.
Mungkin juga saatnya seluruh kader buka kacamata kuda agar bisa melihat sekeliling tentang kondisi partai Beringin.
Hal ini menandai akhir dari romantisme drama Papa sebagai pucuk pimpinan partai Beringin. Dari kisruh yang terjadi memunculkan berbagai spekulasi sosok pengganti Papa.
Siapa yang layak menggantikan Papa menjadi Ketua partai Beringin? Hmmm siapa ya?
Yang penting harus jadi antitesa dari Papa sih sebenernya. Syarat dan kriteria khusus apa ya yang perlu dibuat?
Tentunya kalau bicara syarat dan kriteria yang wajib sudah ada di AD/ART partai. Tapi, belajar dari pengalaman harus ada kriteria khusus.
Apaan tuh? Hmmm, kayanya tiang listrik dan bakpau mau di bawa – bawa nih. Hufft
Yeeee bukanlah, masih aja bahas gituan, ngapain masih ngurusin tiang listrik. Move on dong!
Kriterianya misalkan harus adanya pemeriksaan sleep apnea, agar Ketua Beringin tidak mudah mengantuk akibat terlalu lelah mengurusi persoalan partai. Hmm, bagus bagus.
Hal ini kan baik dan bisa meningkatkan kinerja pimpinan baru. Nah siapa kira – kira hayooo?
Siapapun yang ingin menjadi pengganti Papa harus membawa perubahan karena kalau tingkah lakunya sama seperti Papa atau bahkan lebih parah justru akan memperburuk Beringin di mata masyarakat.
Walau ada beberapa kader Beringin yang menyatakan siap maju jadi pengganti Papa, namun beberapa pihak yang mengarahkan pada satu calon saja agar dipilih secara aklamasi. Hmm, masa cuma satu? Calon itu mau diberi mahkota tanpa perjuangan?
Siapakah calon pengganti Papa itu? Bisakah membawa harum Beringin kembali?
Diakhir drama ini, tentu akan terpilihnya pengganti Papa tentu akan memberikan kado untuk Papa yang kini pasrah mendekam di persinggahannya yang baru.
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.” ~ Tere Liye. (Z19)