HomeCelotehKisah Sedih Pendemo Istana

Kisah Sedih Pendemo Istana

“Orang marah dapat diukur hatinya, orang diam tak mudah ditakar akalnya.” ~Remy Sylado


PinterPolitik.com

[dropcap]S[/dropcap]ebagai sosok yang terkenal, presiden jelas jadi figur yang ingin ditemui banyak orang. Ada yang hanya sekadar ingin berfoto, ada pula yang ingin curhat terkait persoalan yang dihadapinya. Berat memang jadi pemimpin, harus dengar keluh kesah banyak orang dari seluruh penjuru. Namun, namanya juga risiko pekerjaan, permintaan curhat itu harus tetap dilayani dengan ramah.

Namun sepertinya, keramahan tersebut tidak sepenuhnya bisa diterapkan Paspampres. Kadang masyarakat sempat terlihat dimarahi kalau hendak ingin memeluk presiden. Bahkan, Paspampres selalu siap siaga memegangi tangan warga yang sedang berselfie ria dengan presiden. Macam pacar posesif aja ya? Hehehe.

Tapi bagaimanapun, ketegasan dan kesangaran Paspampres itu merupakan bentuk upaya untuk melindungi presiden kita. Biar tidak ternodai, baik fisik maupun citranya. Jadi kelakuan Paspampres yang macam begitu wajar-wajar saja. Tapi sampai sejauh mana batas wajarnya?

Segala perilaku harus dibatasi hak orang lain agar tak jadi semena-mena bukan? Share on X

Hatiku tersayat-sayat ketika mendengar lima orang pendemo dari Serikat Pekerja Awak Mobil Tangki (SP-AMT) Pertamina pingsan akibat bentrok dengan Paspampres, tiga di antaranya adalah perempuan. Keterlaluan nggak sih? Atau masih bisa dibilang wajar?

Bapak-bapak Paspampres nggak kasihan? Mereka ini sudah menginap berhari-hari di depan istana loh… Mereka hanya ingin bertemu Presiden, meminta kejelasan nasib atas ketidakadilan yang mereka rasakan. Wong, presiden sendiri santai-santai saja. Beliau bahkan menyempatkan diri untuk berbicara dengan seorang istri pendemo yang beruntung dapat lolos dari sergapan Paspampres kala itu.

Para istri ini sampai bela-belain ikut berdemo, ikut kelaparan, bahkan anak-anaknya pun tak masuk sekolah. Tentu mereka melakukan pengorbanan tersebut tak berniat untuk berkonfrontasi dengan Paspampres.

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati

Bapak-bapak Paspampres yang budiman. Para pendemo kemarin hanya ingin curhat langsung kepada presiden. Mereka tak seberuntung Bapak-Bapak Paspampres yang bisa setiap hari berjumpa dengan presiden. Mereka sudah kapok bicara lewat perantara, mereka kapok dimodusi dan dikibuli. Andai saja  ada cara lebih mudah bagi mereka untuk menyampaikan pesan, mungkin mereka juga tidak akan nekat.

Mereka ini hanya ingin menyampaikan keluhan kepada seorang pelayan negara untuk dilayani. Lagi pula, mereka datang juga tidak dengan membawa poster atau spanduk 2019gantipresiden apa lagi foto pasangan calon nomor 02. Jadi, kalau sampai ada korban sih miris juga. Akhirnya, publik masih akan bertanya-tanya, apakah tindakan Paspampres itu berlebihan? (E36)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Abdi Negara Terbelenggu Kemiskinan?

"Oemar Bakri, Oemar Bakri, pegawai negeri…” ~Lirik Lagu Oemar Bakri -  Iwan Fals PinterPolitik.com Jadi pegawai negeri itu merupakan impian banyak orang. Pokoknya jadi PNS itu...

Luhut Panjaitan Memeluk Orba

"Luka tidak memiliki suara, sebab itu air mata jatuh tanpa bicara." ~Dilan 1990 PinterPolitik.com Orde Baru masih menjadi sejarah yang amat menakutkan dari sebagian besar masyarakat....

Ma’ruf Amin yang Terbuang?

"Sebagai kekasih, yang tak dianggap aku hanya bisa mencoba mengalah. Menahan setiap amarah…” ~Lirik Lagu Kekasih yang Tak Dianggap – Kertas Band PinterPolitik.com Jika di dunia...