Site icon PinterPolitik.com

Kisah Fiksi Koalisi Keumatan

Kisah Fiksi Koalisi Keumatan

Koalisi Keumatan Probowo-Sandi. (Foto: ANTARA)

“Agama hanya matahari ilusi yang berputar di sekitar manusia selama dia tidak berputar di sekitar dirinya.” ~Karl Marx


PinterPolitik.com

[dropcap]K[/dropcap]etua Umum Partai Bulan Bintang Yursril Ihza Mahendra menjelma menjadi kunci jawaban dari segala soal rumit tentang Koalisi Keumatan. Dia bahkan membangun rumus-rumus mutakhir yang pada akhirnya membuktikan kalau Koalisi Keumatan merupakan suatu yang fana, tabu, hanya fatamorgana. Aihh, sedap

Selama ini mungkin ada dari kalian yang cenat-cenut saking banyaknya hal blunder soal politik dan agama yang sedang jadi tren di negeri ini. Muncul pertanyaan, kok Koalisi Keumatan nggak patuh sama ulama? Kok yang katanya didukung ulama malah milih pengusaha? Dan beragam pertanyaan nyebelin lainnya.

Menurut teori Yusril, Koalisi Keumatan hanyalah gabungan antara parpol kubu kontra-petahana dan kelompok pro-Habib Rizieq Syihab, yang kemudian memunculkan ijtima ulama mendukung pencapresan Prabowo Subianto. Setuju?

Jadi sebenarnya, awal mula Koalisi Keumatan digagas oleh Rizieq yang kebetulan sampai saat ini masih mengungsi di Mekah. Saat itu Rizieq mengusulkan Partai Gerindra, PAN, PKS, dan PBB bergabung membentuk poros baru untuk melengserkan pemerintahan yang katanya menzalimi Rizieq, eh ulama.

Inget nggak, waktu itu hasil Ijtima Ulama merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai capres, serta dua nama cawapres, Salim Segaf Aljufri dari PKS dan Ustaz Abdul Somad. Namun, pada akhirnya Prabowo memilih Sandiaga Uno. Sudah begitu, keputusannya tanpa melibatkan PBB lagi. Terpotek hati Yusril, gaes

Yusril juga menyebut soal kemungkinan diadakannya Ijtima Ulama Tahap II untuk memutuskan apakah akan tetap mendukung Prabowo, atau mendukung kubu Jokowi yang jelas-jelas telah memilih ulama sebagai cawapresnya.

Lah, kalau memang ingin memilih pemimpin ulama, bukankah tanpa ijtima ulang jawabannya sudah jelas? Aneh bukan? Ingin tertawa, tapi takut dihujat.

Masalahnya, Ijtima Ulama tidak sebercanda itu, Sahabat. Bayar untuk sewa tempatnya mahal, belum uang konsumsi untuk para ulama dan tokoh politik, jadi jelas, Ijtima Ulama tujuannya bukan untuk main-main. Ya, meski ujung-ujungnya dipermainkan. Hehehe.

Yang jelas, Yusril sangat tersinggung dengan para parpol di kubu Prabowo. Ia menilai Gerindra, PAN, dan PKS tak menunjukkan simpati kepada PBB, seolah-olah memang ingin membiarkan PBB mati.

Ckckckck, begitulah tabiat politisi. Bagaikan laron, mereka tidak mungkin mengerubungi tempat yang gelap. Sedangkan kini PBB seperti mati suri, tersembunyi hingga sulit ditembus cahaya.

Dengan kondisi seperti ini, rasa-rasanya memilih untuk abstain merupakan langkah yang tepat. Siapa tahu ada banyak masyarakat yang bersimpati, melihat PBB sebagai korban para kawan yang lupa diri. Lebih dari itu, PBB bisa lebih fokus memperbaiki mesin politiknya sehingga dapat bersinar di Pemilu 2019. (E36)

Exit mobile version