Dalam perkembangannya, pada tahun 1980-an banyak pengembang melirik dan membangun perumahan berbagai kelas. Selain itu, Bekasi juga dipilih sebagai kawasan industri. Maka, ruang terbuka hijau (RTH) dan lahan resapan air hujan berkurang drastis.
pinterpolitik.com
JAKARTA – Kota Bekasi, Jawa Barat, terletak di sebelah timur DKI yang juga berperan sebagai kota penyangga bagi Jakarta. Penduduknya cukup padat (terpadat nomor 4 di Indonesia). Kota ini dihuni oleh para urban dari berbagai daerah.
Kota Bekasi terletak pada ketinggian 11 – 81 meter persegi di atas permukaan laut. Wilayah yang paling rendah dan sering terkena genangan jika curah hujan tinggi, antara lain, Kecamatan Jatiasih, Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, dan Kecamatan Pondok melati.
Kota Bekasi dengan luas wilayah 210,49 km2 berbatas wilayah, sebelah utara Kabupaten Bekasi, sebelah selatan Kabupaten Bogor dan kota Depok, sebelah Barat DKI Jakarta dan sebelah timur Kabupaten Bekasi.
Pada masa lampau sebagian daerah Bekasi terdiri dari sawah dan rawa-rawa yang luas. Maka tidak heran dulu Bekasi bersama Karawang, terkenal sebagai penghasil padi. Dalam perkembangannya, pada era 1980-an banyak pengembang melirik dan membangun perumahan berbagai kelas. Selain itu, Bekasi juga dipilih sebagai kawasan industri. Maka, ruang terbuka hijau (RTH) dan lahan resapan air hujan berkurang drastis.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan di Bekasi sering terjadi banjir, besar maupun kecil. Seperti pada banjir besar tahun 2007, ada mal besar yang lantai basement-nya terendam luapan air Kali Malang. Sedang pada banjir 2016 beberapa kompleks permukiman tergenang luapan Sungai Cikeas.
Minggu, 20 Februari 2017, turun hujan lebat, yang dimulai malam sebelumnya, dan nyaris tidak henti-hentinya mengguyur wilayah Kota Bekasi. Pukul 12.12 genangan mulai muncul dan semakin meluas di beberapa tempat. Disusul air kiriman dari Kota Bogor, sehingga air Sungai Bekasi dan Sungai Cakung meluap dengan ketinggian 40 cm hingga 1 meter. Bekasi terkepung banjir dan nyaris lumpuh. Beberapa sekolah diliburkan dan banyak warga yang tidak bisa bekerja, karena terpaksa mengungsi.
Menurut Kepala Seksi BPBD (Badan Penanggulangan Banjir Daerah) Bekasi, Edi Sukamto, pada pukul 12.12 di Bekasi sudah terdapat 20 titik banjir dengan ketinggian bervariasi, antara 40 cm dan 1,3 meter.
Pada hari yang sama, laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, banjir menggenangi 14 perumahan di Bekasi. Akibat banjir ini, dua orang tewas dan 1.314 kepala keluarga terdampak banjir.
Banjir pada Senin dan Selasa dengan kedalaman hingga 1 meter terjadi di empat permukiman di Kota Bekasi, karena volume hujan tinggi dan meluapnya Sungai Bekasi dan sungai Cakung.
“Kedalaman air mencapai 1 meter di perumahan dosen IKIP Jatiasih, perumahan Pondok Hijau Permai, perumahan Bekasi Timur Regency, dan Mustika Jaya.” kata seorang petugas BNPB, Senin.
Menjadi tugas berat wali kota dan jajarannya untuk menyikapi banjir yang hampir terjadi setiap tahun, apalagi cuaca sulit diprediksi. Begitu curah hujan tinggi otomatis sungai-sungai di Bekasi rawan meluap. Ini yang harus diatasi, apalagi ruang terbuka hijau dan resapan air, semakin berkurang, berubah wujud menjadi perumahan, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Kalau Pemkot Bekasi tidak me-manage-nya dengan baik, bahaya banjir akan makin parah ke depan. (Berbagai sumber/G18).