Site icon PinterPolitik.com

Kereta Cepat, Jepang, dan Jokowi

Kereta Cepat, Jepang, dan Jokowi

Foto: Onan Hiroshi (Istimewa)

Insiden kartunis Jepang yang melecehkan Jokowi cukup viral dan bikin berang. Sebenarnya kenapa sih si kartunis itu benci banget sama Presiden?


PinterPolitik.com

“Reputasi baik lebih bernilai dibandingkan uang.” ~ Publilius Syrus

[dropcap]S[/dropcap]ituasi perpolitikan negara kita, saat ini sudah mulai menghangat. Tanpa dibumbui insiden dari luar negeri aja, udah bikin pusing. Eh, enggak ada angin, enggak ada hujan, tau-tau di Jepang sana ada kartunis yang emosi dan jelek-jelekin kepala negara kita. Walah, orang luar ternyata tertarik untuk ikut manasin situasi atau gimana ini?

Walau Onan Hiroshi, nama si kartunis itu, udah minta maaf dan menarik kembali kartunnya, tapi tetap saja gambarnya udah viral duluan. Tebak siapa yang paling tersenyum lebar? Ya pihak yang berseberangan dengan Jokowi tentunya. Walau PDI Perjuangan dan Komisi I DPR sudah protes, tapi pasti akan ada yang mengambil keuntungan, tunggu saja.

Sambil menunggu siapa yang akan nyamber untuk mengambil kesempatan, kita ngomongin aja kenapa orang Jepang – khususnya Pemerintah Jepang, kesel banget sama Jokowi. Bahkan konon, kekesalan itu memang sudah begitu menjalar ke seluruh Jepang. Padahal yang namanya kerjasama antar negara, harusnya kan jangan sampe dibikin baper gitu ya?

Seperti kita tau, Jepang itu bangga banget sama kereta cepat mereka yang dikenal dengan Shinkansen. Saking bangganya, mereka juga ingin “menularkan” kebanggaan itu dengan membuatnya di berbagai negara. Indonesia itu salah satu yang mereka kejar, mengingat hubungan Indonesia dan Jepang memiliki sejarah suka duka yang panjang.

Tapi hanya gara-gara pemerintah engga punya uang, proyek yang sedari awal udah diteliti dengan seksama oleh kontraktor Japan Railways, tiba-tiba dibatalkan. Secara sepihak, Pemerintah malah memberikan pembangunannya pada China Railways Constraction yang jelas-jelas merupakan saingan berat Jepang.

Secara historis, Jepang dan Tiongkok udah dari zaman dulu memiliki dendam. Jadi ketika Indonesia dengan seenak jidatnya membatalkan proyek kebanggaan mereka dan memberikannya pada pesaing, siapa yang enggak gondok coba? Dan kekesalan itu, sampai dibawa ke ubun-ubun sama mereka. Jadi, enggak aneh kan tindakan Hiroshi itu?

Di sisi lain, Indonesia sih sebenarnya enggak salah juga. Sebagai pemberi kerjaan, Indonesia punya hak memilih siapa yang dianggap paling menguntungkan. Walau Jepang memang dikenal sangat khatam dengan pembangunan kereta cepat, tapi ketelitian dan kesempurnaan kerja mereka, membuat pembuatan kereta cepat enggak bakal kekejar dalam waktu lima tahun.

Lucunya, walau udah dikasih ke Tiongkok yang katanya sangat murah dan cepat, hasilnya toh enggak kekejar pula dalam lima tahun. Sudah tiga tahun berjalan aja, pembangunannya masih dalam tahap wacana. Belum selesai kereta cepat Jakarta – Bandung, eh udah melenceng lagi pingin ganti jadi Jakarta – Surabaya. Hmm, jadi siapa yang salah ya? (R24)

Exit mobile version