HomeDuniaKebijakan Trump, Sebagian Warga Merasa Lebih Aman

Kebijakan Trump, Sebagian Warga Merasa Lebih Aman

Pro kontra mengenai sebuah keputusan adalah hal yang biasa. Sama halnya dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) yang melakukan pembatasan pendatang – terutama dari negara mayoritas muslim ke negaranya. Dibalik kecaman dan demonstrasi, ternyata banyak juga warga AS yang mendukung keputusan tersebut.


pinterpolitik.comKamis, 2 Februari 2017

WASHINGTON DC – Berdasarkan sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos pada 30-31 Januari lalu, ternyata ada 49 persen warga AS berusia dewasa yang menyambut baik kebijakan Trump.  Jumlahnya bahkan melebihi suara yang mengaku menentang kebijakan, yaitu 41 persen. Sementara 10 persen lainnya menolak memberikan respon.

Walau rentangnya hanya sedikit, namun bisa dipastikan kalau sebetulnya sangat banyak warga AS yang menyetujui penerapan larangan tersebut. Dukungan ini kemungkinan muncul karena adanya anggapan bahwa semakin sedikit pendatang yang memasuki AS, tingkat keamanan warga akan semakin tinggi.

Isu terorisme yang mengatasnamakan agama memang sempat menciptakan Islamphobia dalam masyarakat AS dan Eropa, sehingga pembatasan warga muslim yang masuk ke AS akan menciptakan “rasa aman” bagi mereka.

Namun Trump menolak kalau kebijakan tersebut dikaitkan dengan isu agama, ia mengatakan tujuan larangan itu adalah untuk membentengi rakyat AS dari serangan teroris. Negara yang ia larang adalah negara yang terkenal dengan aksi terorisme.

“Agar lebih jelas, ini bukan larangan Muslim, sebagaimana dilaporkan media palsu. Ini bukan tentang agama – ini adalah tentang teror dan menjaga negara kita aman. Ada lebih dari 40 negara yang berbeda di seluruh dunia yang mayoritas Muslim dan tidak terpengaruh oleh kebijakan ini,” ujar Trump seperti dikutip Reuters, Minggu (29/1).

Warga AS saat ini sedang terpecah, bahkan sampai di level elit partai. Perpecahan terjadi di antara para pendukung Partai Demokrat maupun Partai Republik. Di Partai Demokrat ada 53% pendukungnya yang menyatakan sangat tidak setuju dengan kebijakan Presiden Trump. Sementara di kalangan Partai Republik, ada 51 persen pendukung yang menyatakan “sangat” setuju dengan kebijakan tersebut.

Baca juga :  Dunia: Let's Work Together, Prabowo!

Sementara itu, kebijakan yang ditandatangani Jumat (27/1) lalu ini terus menuai kritik dari berbagai kalangan di dunia. Mereka mengatakan kebijakan itu melanggar hukum AS dan Konstitusi AS, juga mencemarkan reputasi Amerika sebagai negara yang bebas dan ramah bagi imigran. (Berbagai sumber/A15)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

Prabowo, the Game-master President?

Di awal kepresidenannya, Prabowo aktif menggembleng Kabinet Merah Putih. Apakah Prabowo kini berperan sebagai the game-master president?

Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Sejumlah pihak berpandangan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan lebih proteksionis. Seberapa besar kemungkinannya kecurigaan itu terjadi? 

More Stories

Bukti Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”

PinterPolitik.com mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 72 Tahun, mari kita usung kerja bersama untuk memajukan bangsa ini  

Sejarah Mega Korupsi BLBI

KPK kembali membuka kasus BLBI yang merugikan negara sebanyak 640 Triliun Rupiah setelah lama tidak terdengar kabarnya. Lalu, bagaimana sebetulnya awal mula kasus BLBI...

Mempertanyakan Komnas HAM?

Komnas HAM akan berusia 24 tahun pada bulan Juli 2017. Namun, kinerja lembaga ini masih sangat jauh dari harapan. Bahkan desakan untuk membubarkan lembaga...