Tak terhingga sepanjang masaaa… Hanya memberi tak harap kembaliii…
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]B[/dropcap]agai sang suryaaa menyinari duniaaa…
egitulah lagu yang paling tepat untuk menggambarkan Mama bangsa ini, Mama Mega. Mama Mega mengatakan kepada anaknya yang punya cita-cita tinggi agar jangan takut. Pasti ada cara untuk mendapatkan modal, kalau kamu percaya. Tapi, dengar-dengar modal Mama masih banyak, kok.
Ayamnya mama di kandang juga belum habis. Selain ada yang petelur dan pedaging untuk berbisnis, banyak juga ayam sabungnya. Sejak anak-anaknya masih kecil, Mama memang mengajarkan anak-anaknya tidak hanya berbisnis, tapi juga judi. Menurutnya, gambling adalah salah satu esensi hidup, makanya sekarang suka gambling di semua provinsi.
Anak-anaknya juga bukan anak yang kurang ajar. Mereka hormat sama Mama. Mereka selalu cium tangan Mama, terakhir kemarin waktu anak-anak angkat Mama di Jawa Timur mau nyabung ayam. Politik cium tangan udah jadi gosip yang umum di kalangan penyabung ayam.
Ketika penentuan di Jawa Timur itu, mama juga sudah pilih-pilih ayam dan anaknya yang paling jago. Soalnya, sabung ayam di Jawa Timur digadang-gadang paling prestisius. Menang turnamen sabung ayam se-Jatim, hampir pasti jadi juara sabung ayam nasional.
Megawati: Sebagai Ketua Umum, Mana Pernah Saya Minta-minta… https://t.co/TzoXLx3RfT
— Kompas.com (@kompascom) 15 Oktober 2017
Sayangnya, ada satu anak Mama yang namanya Basuki Tjihiji Pirnimi, pernah keceplosan kalau Mama pernah minta sesuatu. Sesuatu itu istilahnya ‘mahar’. Saya juga gak tau apa itu artinya.
Tapi, apapun itulah artinya, kita tidak boleh berburuk sangka pada Mama. Bisa saja mahar itu artinya ‘profit hasil judian’. Karena kalau sudah menjadi penjudi yang ulung dan menang sabung ayam terus, berarti Mama berhasil mendidik anaknya dengan baik, bukan?
Terlebih lagi, Mama dikenal royal. Dia gak segan memberi hadiah bagi siapapun yang bisa beternak ayam sampai gemuk. Mau itu dijadikan petelur, pedaging, atau ayam sabung, Mama selalu menghargai anak-anaknya.
Tapi, sayangnya biarpun tak harap kembali, Mama suka merecok. Sering kali anaknya dikira masih kecil terus. Maunya nuntuuun aja. Maunya mengarahkaaan aja. Jangan kebanyakan gitu ya, Ma. Anak-anak Mama perlu belajar jadi dewasa juga.
Anak-anaknya masih sayang Mama, karena Mama orang yang kuat. InsyaAllah kantong Mama masih tebal sampai Mama turun dari jabatan. Hmm… kapan ya itu? (R17)