“Orang lemah tidak pernah bisa memaafkan karena memberi maaf hanya dapat dilakukan oleh orang yang kuat”. ~ Mahatma Gandhi
PinterPolitik.com
[dropcap]L[/dropcap]idah memang tak bertulang, terkadang lisan memang sukar dijaga sehingga tuturan sering menimbulkan berbagai dampak yang tak diharapkan.
Urusan lidah yang terkilir seperti ini bukan lagi hal baru. Banyak tokoh politik yang kini mendekam dipenjara hanya gara – gara salah ucap.
Salah satunya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kini sudah mendekam di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Hanya gara – gara perkataannya, Ahok akhirnya dipenjara.
Weleeeeh weleeeeh, walau sebenarnya Ahok sudah meminta maaf, namun apalah daya, mau tak mau ataupun suka tak suka, Ahok harus menelan pil pahit untuk perbuatannya sendiri. Hmm, seharusnya semua pejabat publik setidaknya harus hati-hati menjaga lisannya.
Ya supaya tak menerima nasib yang sama dengan Ahok, tentu para tokoh harus mengambil pelajaran dari kepahitan Ahok.
Weleeeeh weleeeeh, dulu Ahok dipolisikan karena perkataannya, tapi kalau pejabat Polri yang keceplosan gimana ya? Upppssss, gimana itu? Hmmmm, gimana ya, gimana dong, aukkk ahhh.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian sempat keceplosan mengatakan pernyataan yang cenderung menyakiti ormas Islam. Pernyataan mengejutkan Kapolri itu sontak membuat para ormas Islam bereaksi, weleeeeh weleeeeh.
Apakah nasibnya seperti Ahok? Ya jelas ga mungkinlah. Tapi apakah Tito itu akan meminta maaf atas pernyataan yang sebenarnya tak bermaksud menyinggung ormas Islam itu? Gengsi ga ya kira – kira?
Kayanya sih Kapolri sangat belajar dari pengalaman yang sudah – sudah. Akhirnya mau tak mau, Kapolri menyediakan waktunya untuk melakukan pelesiran ke ulama – ulama untuk meminta maaf tentang kesalahpahaman pernyataannya. Uppppssss lagi rajin kunjungan ya Pak, weleeeh weleeeh.
Hmmm, sekelas Kapolri aja minta ampun karena tak mau mengulang kesalahan yang sama. Tak hanya satu atau dua tempat, Kapolri kini rajin blusukan mengunjungi berbagai pondok pesantren untuk sekedar meminta maaf.
Udah kayak Presiden Jokowi aja ya Pak, blusukan terus weleeeeh weleeeeh.
Namanya lidah tak bertulang, masyarakat rasanya tak perlu juga bereaksi secara berlebihan. Biasa aja lah. Santai kaya di pantai, uhuuuyyy.
Apalagi gampang banget terpancing provokasi untuk menghakimi orang yang salah ucap. Hhmmm, kayak sumbu pendek aja. Weleeeeh weleeeeeh. (Z19)