Site icon PinterPolitik.com

Kader ‘Karbitan’ Partai Berkarya

Kader ‘Karbitan’ Partai Berkarya

Istimewa

“Banyak tokoh, publik figur, dan kalangan artis yang akan bergabung dalam partai Berkarya. Sebagian siap menjadi caleg.” ~ Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso.


PinterPolitik.com

[dropcap]S[/dropcap]ebagai partai baru, Berkarya tentu mengalami hal klasik seputar perekrutan kader yang akan dijadikan sebagai anggota Calon Legislatif (Caleg). Dan seperti partai senior pendahulu mereka. Partai Amanat Nasional (PAN) misalnya, Partai Bekarya juga tampak tertarik untuk meminang Caleg dari kalangan artis top ibukota.

Lah, bakal saingan dung ini sama Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pimpinan Grace Natalie yang juga mulai sibuk merekrut sejumlah artis sebagai kadernya. Ayo loh pada saingan tuh, ini nanti artis top ibukota jadi bingung mau masuk mana. Simpel aja sih, ya pilih yang partainya gak korup aja. Mantap Jiwa.

By the way, anyway, busway, emangnya apa faedah-nya bagi partai kalau melakukan pencarian anggota dengan merekrut dari pihak eksternal? Apa gak ada kader di internal partai yang kompeten gitu untuk mengisi posisi sebagai orang yang akan dicalonkan sebagai anggota legislatif? Hadeuh.

Emangnya mau disebut sebagai ‘Partai Karbitan’? Itu loh partai yang cepat tumbuh dengan bantuan eksternal. Sesuatu yang gak alami itu gak baik keles. Kelak suatu saat partai ini akan jatuh lumpuh, karena gak ada anggota partai yang loyal. Kader aja bisa jadi kutu loncat, gimana artis cabutan, iya gak! Eh, keceplosan!

Udah deh, woles aja Mas Bro, gak perlu buru-buru gitu. Belajar deh dari partai pendahulu macam PBB, yang timbul tenggelam di Parlemen. Intinya itu dipenguatan kader internal partai. Bukannya mencari sosok yang populer untuk menggaet pemilik suara. Pragmatis amat sih cara berpikirnya. Wew.

Emangnya figur seorang Tomy Soeharto sebagai Ketua Umum Partai gak cukup bisa mendongkrak suara di Pemilu nanti? Jiah, cape deh. Kayaknya Partai Berkarya harus menggunakan kembali jargon usang kebanggaan Orde Baru, agar masyarakat memutuskan merapat ke partai ini. Tapi mungkin dengan sedikit sentuhan baru, “Piye Kabare, Enak Jaman Papaku, Toh?” (K16)

Exit mobile version