“Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”. – Iwan Fals
PinterPolitik.com
[dropcap]G[/dropcap]engs tau gak nih, kalau hari ini baru aja terjadi pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Pertemuan tersebut berlangsung kurang lebih selama dua jam di Instana Merdeka. Hayo tebak, apa yang mereka diskusikan?
Nah, katanya selain memang pertemuan tersebut adalah rutinan dalam waktu tiga bulan sekali, mereka nyatanya juga membahas tentang kabinet Jokowi ke depan loh. Waduh, rekapitulasi KPU saja belum selesai, kok udah main mengusulkan susunan kabinet, apa gak salah nih?
Namanya juga optimis menang, jadi ya tidak masala lah yah. Nah, dari pertemuan tadi Ahmad Syafii Ma’arif selaku anggota BPIP juga mengusulkan agar di kepemimpinan selanjutnya, Jokowi membentuk sebuah zaken kabinet atau kabinet yang diisi oleh orang yang memang benar-benar ahli dalam bidangnya.
Dalam sejarah Indonesia nih gengs, zaken kabinet pernah diterapkan loh. Tepatnya pada tahun 1950-1959 di kabinet Natsir. Pada saat itu, kabinet diisi oleh orang yang memang ahli dalam bidangnya cuy. Kalau sekarang kira-kira bisa terbentuk gak ya?
Kalau memang dipaksakan, zaken kabinet sebenarnya sangat bisa, jika semangat yang dibawa adalah membawa Indonesia agar semakin maju. Tapi kalau hanya ingin bagi jabatan dan takut risiko, ya susah cuy. Share on XJika memang benar Jokowi terpilih lagi menjadi Presiden di priode 2019-2024, zaken kabinet memang terlihat sangat efektif ya cuy agar Indonesia bisa berjaya.
Tapi, jika dilihat secara seksama nih, Jokowi akan mengalami kesulitan untuk merealisasikannya deh. Tau gak kenapa?
Yang pertama, kita harus sadar cuy, Koalisi Indonesia Kerja saat ini udah gemuk, pakai banget lagi. Kalau dibandingkan dengan koalisi zaman dulu itu sangat jauh ya. Jadi kalau mau menerapkan zaken kabinet, kelihatannya bakal sulit. Emang partai-partai koalisi bakal rela kursinya menteri ditempatin sama orang yang bukan partai? Pasti enggaklah cuy.
Tapi nih gengs, kalau memang dipaksakan sih sebenarnya sangat bisa, apalagi jika semangat yang dibawa adalah keinginan untuk membawa Indonesia semakin maju. Tapi kalau hanya ingin bagi-bagi jabatan dan tidak mau ambil risiko, ya tidak mungkin terbentuk. Hehehe.
Yang kedua, karena memang pada realitanya, tidak semua partai di tubuh koalisi Indonesia kerja mempunyai sumber daya manusia yang kompeten cuy. Upsss, kan keceplosan jadinya.
Soalnya tidak menutup kemungkinan ketika zaken kabinet terbentuk, partai koalisi akan saling tikam untuk berebut jabatan di tengah perjalanan. Ibaratnya nih, kayak di serial anime Jepang One Piece, ketika semua orang lagi pada semangat bertarung di Marineford untuk membebaskan tokoh yang namanya Ace, eh ada yang berkhianat dan malah membuat tim hancur. Kan repot nanti jadinya.
Makanya kalau mau mengakader orang buat masuk partai jangan yang cuma bisa ngomong dan modal duit, tapi juga yang cerdas ya. Biar gak bingung kalau mau mendistribusikan kader. Nggak yang bikin rusuh soal impor, atau yang nggak bisa bikin harga tiket pesawat murah. Uppss.
Kalau tidak salah nih gengs, zaken kabinet juga sebenarnya pernah diusulkan pada 2014 lalu, tapi ternyata juga tidak terealisasi. Nah, kira-kira Jokowi berani membentuk gak nih kalau memang terpilih jadi presiden lagi? Semoga aja sih berani ya. Tapi kalau kata band Hijau Daun sih biarkan saja waktu yang kan menjawab, kita positive thingking aja cuy. Hehehe. (F46)