Site icon PinterPolitik.com

Jurnalis Tak Lagi Disayang?

kekerasan terhadap jurnalis

Aksi menolark kekerasan terhadap jurnalis (Foto: Aktual)

“Sayang disayang semua hanya untuk dikenang,” – Naif, Sayang Disayang


Pinterpolitik.com

Ada beragam kisah terkait dengan rangkaian demonstrasi mahasiswa dan pelajar beberapa waktu lalu. Salah satu yang yang paling menyedihkan adalah soal kekerasan yang terjadi kepada para pewarta yang mencoba mengabarkan dari lapangan.

Sedih ya, para jurnalis ini kan hanya ingin menyampaikan informasi seterang-terangnya dan seluas-luasnya kepada masyarakat. Eh, alih-alih dilindungi agar informasi tak simpang siur, malah terkena tindak kekerasan.

Kisah teranyar datang dari wartawan Tirto yang digelandang oleh aparat negara yang berada di lapangan. Saat “diamankan”, beragam kata-kata berbau intimidasi dilaporkan terlontar untuk sang jurnalis. Duh, berat juga ya perjuangan untuk memenuhi hak masyarakat akan informasi.

Kisah semacam ini sebelumnya terjadi juga untuk wartawan dari Narasi TV. Ada salah seorang wartawannya yang dikabarkan dipukul oleh aparat. Tidak hanya itu, telepon genggamnya juga “diamankan” oleh mereka yang ditugaskan untuk mengamankan demonstrasi. Yang ini membuat Zen RS, pemimpin redaksi Narasi TV cukup jengkel di media sosial.

Kalau dihimpun semua mungkin ada banyak kisah lain yang memilukan. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) misalnya mencatat ada 10 kasus kekerasan pada jurnalis sepanjang periode demonstrasi RKUHP pada 24-26 September 2019.

Kenapa sih para wartawan ini harus mendapatkan tindakan yang tidak menyenangkan semacam ini? Apa negara merasa ada yang sangat memalukan sampai para pewarta harus menderita? Apa karena posisi beberapa kanal berita kerap lebih kritis terhadap posisi pemerintah sekarang?

Negara ini ya, kalau ada rilis aja wartawan diundang, pas lagi meliput demo malah digelandang Share on X

Sepertinya malang memang meliputi nasib sebagai wartawan. Biasanya kan, para jurnalis ini kerap diundang berbagai institusi negara mulai dari kementerian hingga kepolisian untuk diberi rilis. Kadang-kadang, sampai dikejar-kejar pula ditanya soal kapan rilis itu tayang.

Nah, kok sekarang para wartawan itu tidak lagi disayang dan ditanya kapan tayang? Bukannya bisa bikin berita tayang, mereka justru ditarik dan digelandang. Hmmm.

Oh, para wartawan dulu disayang kini tidak boleh bikin berita tayang. Malang memang, tapi semoga tetap masih kuat ya mewartakan berita dari lapangan. Kan, sumber berita itu tidak hanya  dari Pak Wiranto atau humas-humas institusi saja.

Tapi, kalau sudah didoakan gini jangan suka terima-terima uang panas dari institusi pemerintah ya! Kalau gini, profesi jurnalis jadi sesuatu yang sulit untuk dikenang. (H33)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version