“Mafia hukum, hukum saja karena hukum tak mengenal siapa…” ~ Navicula
PinterPolitik.com
[dropcap]H[/dropcap]ukum itu bisa menyasar ke siapa saja. Tapi bukan berarti bisa nyasar ke hatimu ya. Beda lho. Jadi hukum pasti sudah tau jalan ke arah pulang dan enggak bakal mungkin kelilingan dipikiranmu dulu, ahahay.
Kalaupun tersesat, hukum akan dengan cepat menemukan jalan alternatif lain agar tujuannya tercapai. Kalau ga bisa juga, terpaksa deh pake peta berbasis online, pasti nemu juga jalan ke arah yang dituju. Walau kadang suka diajak muter-muter dulu, kayak kalo jalan bareng kamu, hehe. Weleeh weleeeh.
Tapi kalau ngomongin nyasar di jalan sih, untuk para pejabat adalah sesuatu yang tak mungkin terjadi. Bukan karena tahu semua jalan, tapi karena punya duit jadi tahu semuanya. Uang yang akan menuntunnya, bukan kamu. Weleeeeh weleeeh.
Ga perlu diingetin dan harus nyusurin jalanan setiap hari biar hapal, tapi cukup siapin uang untuk bayar jasa supir. Tuntas semua masalah.
Tapi persamaan antara hukum dan jalanan adalah, hukum yang menjerat para petinggi atau pejabat akan terasa lancar seperti jalan raya bebas hambatan, kalau lagi ga banyak kendaraan. Lancar coooyyy, weleeeh weleeeh. Tinggal pake pengawal bermotor besar dan berklakson berisik, kelar deh semua urusan hehe.
Semisal aja nih, pejabat kaya kayak Papa Setya Novanto. Dia mau sesalah apapun, pasti banyak pihak yang membelanya. Salah satunya Bang Fahri, soalnya mau gimana pun salahnya Papa, dia pasti bela karena menjabat sebagai Juru Bicara Papa.
Praperadilan Setnov jilid dua digelar besok, ini kata Fahri Hamzah: Menurutnya, saat ini hukum telah melenceng sebagaimana mestinya. Fahri beranggapan hukum itu telah disetir oleh pandangan publik. Seperti bagaimana publik melihat kasus e-KTP.… https://t.co/6wZHEYcO8v pic.twitter.com/ksADyamIbq
— Pengkolan (@j0bnlster) November 29, 2017
Tapi enggak begitu dengan Bang Fahri, ia lama-lama kesel juga karena si supir ngambil jalan yang muter-muter ga jelas. Sebagai juru bicara Papa, Bang Fahri akhirnya meluapkan amarahnya kepada si supir. Dia sebenarnya mau kemana sih?
Tapi si supir malah nyaranin Bang Fahri yang harusnya mau sesekali disetirin sama masyarakat dan disetir oleh opini masyarakat, bukan nyetirin opini masyarakat melulu. Jadi Bang Fahri juga bisa ikut ngerasain malunya bagaimana. Ahahay.
Gara-gara Bang Fahri keukeuh pingin maunya aja yang diikutin terus. Akhirnya, ia pun memecat si supir dan membuka lowongan baru untuk posisi supir yang bisa nyetirin Papa. (Z19)