“Kawan jangan didewakan, lawan jangan dihinakan.” ~ Iwan Esjepe
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]asih terpelihara dalam ingatan bahwa mantan Presiden Soeharto dinobatkan sebagai Bapak Pembangunan Nasional.
Hal itu digagas Ali Moertopo yang saat itu menjabat Menteri Penerangan karena di era kepemimpinan Soeharto melihat ada pembangunan yang sudah mulai terlihat nyata. Dukungan digalang, namun banyak juga pihak yang menentang.
Namun akhirnya melalui drama yang cukup panjang, terbitlah Tap MPR No V tahun 1983, Majelis Permusyawaratan Rakyat mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
Wedeeew, katanya sih di era itu masyarakat baru mengenal pembangunan secara definisi dan melihat secara jelas bagaimana pembangunan dieksekusi, weleeeeh weeleeeeh.
Namun di zaman now, pembangunan semakin menggeliat bahkan bukan hanya fisik saja. Presiden Jokowi pun menggaungkan pembangunan non fisik yaitu Revolusi Mental.
Kiranya bisa lengkap ya kalau pembangunan non fisik juga terealisasi dengan baik dan benar, nyatanya kan begitu – begitu saja weleeeeh weleeeeh.
Kalau konteks pembangunannya seperti zaman Soeharto tentu sekarang lebih banyak infrastruktur yang dibangun.
Alasannya ya karena tingkat kebutuhan dan akses masyarakat yang perlu dipermudah sehingga perkembangan zaman yang semakin memaksa Indonesia bangkit untuk menghapus kesan negara yang minim infrastruktur.
Hmmm, makanya Pemerintahan Jokowi sekarang ini sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, bendungan dan yang lainnya.
Hal ini bergantung bagaimana eksekutor pembangunan infrastruktur di pemerintahan Jokowi. Eksekutor itu adalah Menteri PUPR, Basoeki Hadimoeljono.
Melihat kinerja Menteri PUPR, Presiden Jokowi memberikan penghargaan gelar ‘Bapak Infrastruktur’. Weeedeewww, mau ngalahin Soeharto ya weleeeh weleeeeh?
Tapi ada yang berbeda sedikit, kalau bicara layak atau tidak sih urusan lain lah. Tapi pemberian gelar zaman Soeharto dan Jokowi sangatlah berbeda.
Zaman Soeharto, gelar ‘Bapak Pembangunan Nasional’ diusulkan Menteri Ali Moertopo, sedangkan di era Presiden Jokowi, Jokowi lah yang mengusulkan gelar ‘Bapak Infrastruktur’ kepada Menterinya, Basoeki Hadimoeljono.
Kira-kira artinya apa ya? Kok Jokowi tak menobatkan dirinya sendiri sebagai ‘Bapak Infrastruktur’? Hmmm, pertanda apakah ini? Weleeeeeh weleeeeh.
Apakah tanpa adanya Menteri Basoeki, pembangunan infrastruktur di era Jokowi tidak akan berjalan dan tidak ada apa – apanya? Sepertinya sih begitu. Ggggrrr. (Z19)