“Saya ikuti reaksi presiden terhadap pidato Prabowo, tapi saya lihat ada yang palsu dari reaksi Presiden Jokowi, karena keliatan ada gerakan tangan dan otak yang tidak singkron,” ~ Dosen Filsafat UI, Rocky Gerung.
PinterPolitik.com
[dropcap]N[/dropcap]ama Dosen Filsafat UI, Rocky Gerung baru-baru ini mencuat menghiasi pemberitaan media massa. Dosen yang satu ini memang paling tau caranya mencari perhatian publik. Seperti pernyataannya sebelumnya yang mengatakan kalau kitab suci itu hanyalah fiksi. Nah ternyata gak cuma itu, dia juga sempat loh menyindir pidato Presiden Jokowi yang menyimpan kepalsuan.
Mmm, memangnya ada yang salah ya dengan pidato Jokowi saat di acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan Center di Bogor, Jawa Barat? Oh, rupanya nih ya, Rocky Gerung melihat gestur tubuh dan nada bicara dan otak Pakde Jokowi yang tidak singkron ketika isi pidatonya mulai berapi-api saat membahas beberapa isu yang menyerang dirinya serta tentang Indonesia bubar 2030.
Saya analisis begini:
1. Data: Gerak tangan dan gerak otak tidak sinkron.
2. Psikogram: Ada masalah dengan elektabilitas belio. Saya mau sebut “mangkrak”, tapi itu terkesan tak ilmiah.
3. Diagnosis: Belio kecewa dengan kedunguan bujer-bujer belio. #CaraBacaDataPakeOtak https://t.co/SZznv6Q9DI— Rocky Gerung (@rockygerung) April 8, 2018
Helow, emangnya Rocky ini cukup kompeten untuk menilai hal tersebut? Iya sih filsafat merupakan ibu dari disiplin ilmu lainnya, tapi kini telah lahir loh beragam ilmu yang jauh lebih spesifik. Jadi kalau narasumber dengan bidang keilmuan tertentu bisa jadi kurang pas untuk pembahasan yang sudah dispesifikkan. Jangan sampe bikin malu UI dengan celotehan asal deh.
Eike pikir nih ya, kayaknya yang lebih kompeten menilai apakah gestur Pakde Jokowi dalam pidato itu mengandung kepalsuan atau gak, ya Pakar Deteksi Kebohongan Handoko Gani. Ada lima loh indikator utama yang bisa digunakan dalam menilai seseoang itu menyimpan kepalsuan atau gak, seperti analisa ekpresi wajah, gestur tubuh, intonasi suara, kata-kata verbal, dan gaya bicara.
Kok rasanya melihat tindak tanduk Rocky Gerung sebagai seorang akademisi di tengah lautan politisi, agak aneh ya. Berkomentarlah sesuai ranahnya aja, gak perlu terlalu menyinggung personal. Kayak punya dendam pribadi aja sih. Atau di balik setiap pernyataan Rocky yang menyudutkan Pakde Jokowi itu, merupakan pernyataan titipan sponsor dari elit politik lain? Mmm, tetiba jadi kepo niy.
Kalau dipikir-pikir, ketimbang disebut sebagai akademisi, kok Rocky Gerung rasanya lebih mirip kayak politisi ya. Lagian sih, nyinyiran Rocky pada Pakde Jokowi udah kayak nyanyian kode ala Warkop DKI aja. Ya udah sih, masuk Partai Politik aja biar lebih afdol kalau mau nyinyir. Oh, atau jangan-jangan sedari awal Rocky Gerung memang agen partai tertentu di luar anggota kepartaian? Wedew. (K16)