“Presiden bukan preman biasa.”
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]enguatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ketegangan akibat perang dagang membuat negara-negara berkembang terkena imbas. Hal ini terjadi lantaran para investor mengalihkan uang mereka ke AS.
Langkah bank sentral AS yang tetap ingin menormalkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi sebelum tutup tahun, membuat kondisi keuangan beberapa negara keteteran.
Negara-negara di Asia menjadi yang paling terpukul akibat aksi jual aset pasar negara berkembang. Nilai mata uang negara-negara Asia tak berdaya melawan dolar AS. Kondisi ini memicu kekhawatiran Asia akan kembali menghadapi krisis keuangan seperti tahun 1997 hingga 1998.
Akibat dari fenomena tersebut, Jokowi ikut tak berdaya menghadapi ini semua. Sebab Jokowi harus berhadapan dengan tuduhan berbagai pihak sebagai presiden yang gagal dalam memimpin Indonesia. Jokowi dianggap tidak bisa menjaga kestabilan ekonomi dalam negeri dari dampak ekonomi global. Weleh-weleh.
Apa kalian sepakat Jokowi disebut sebagai presiden gagal? Hmm, atau kalian menganggap tuduhan itu kejam dan tidak berdasar? Kalau kita bilang Jokowi presiden gagal, sepertinya kurang elok deh gengs. Mungkin kalau kita bilang Jokowi presiden yang kurang berhasil, boleh juga kali ya? Eh tapi eyke enggak ikutan deh! Ahahahay.
Cadangan devisa Indonesia turun menjadi sekitar US$ 117,9 miliar pada bulan Agustus, atau terendah sejak Januari 2017. Masih cukup kok untuk membiayai lebih dari enam bulan impor dan membayar utang luar negeri pemerintah gengs.
Walaupun demikian, situasi ini masih memposisikan Indonesia dalam keadaan rentan. Senada dengan itu, ekonom senior Rizal Ramli juga menyebut bahwa ada kelemahan struktural dalam perekonomian Indonesia, mulai dari defisit transaksi anggaran yang besar dan utang luar negeri yang tinggi. Weleh-weleh.
Menurut Rizal, perekonomian Indonesia menghadapi beberapa kelemahan struktural. Jika bank sentral terus menaikkan suku bunga tanpa dukungan dari pemerintah dalam memperkenalkan langkah-langkah reformasi struktural, maka itu tidak akan berguna dalam menyelesaikan masalah. Menurutnya, cara seperti ini justru akan mengarah pada masalah lain, yaitu peningkatan kredit macet.
Duh kalau sampai begitu bakal tambah bahaya dong gengs? Ckckck. Share on XKalau sudah begini siapa yang mau tanggung jawab ya? Apa mungkin Prabowo bisa membuat keadaan menjadi lebih baik? Atau mungkin kita panggil Thanos aja ya buat nyelesaiin masalah di Indonesia ini? (G35)