Site icon PinterPolitik.com

Jokowi ‘Kebiri’ Penceramah Radikal

Jokowi ‘Kebiri’ Penceramah Radikal

Istimewa

“Dari survei kecil-kecilan yang dilakukan Jaringan Gusdurian, sekitar 40 masjid di Jakarta penceramahnya mengajarkan intoleransi serta radikalisme. Ajaran Radikal ini bahkan sudah menyebar hingga ke masjid BUMN.” ~ Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra.


PinterPolitik.com

[dropcap]G[/dropcap]ak bisa dipungkiri masjid seringkali dijadikan tempat untuk menyebarkan paham intoleransi dan radikalisme. Menjamurnya hal ini diakibatkan oleh pemahaman jamaah yang masih awam mengenai jenis ceramah yang bersifat provokatif dan intoleran. Karena sedikit aja dibumbui dengan politik, maka akan sulit membedakan obyektifitas ceramah si mubaligh.

Pada dasarnya paham radikalisme diawali dari sifat intoleransi yang dipupuk secara terus-menerus. Jadi sekali jamaah mendengar ceramah yang provokatif, maka besar kemungkinan ia akan terpapar terus hingga akhirnya memiliki paham radikal. Kan serem juga kalau semua masjid udah terkontaminasi radikal.

Hal ini membuktikan bahwa agama seringkali dijadikan tumbal untuk menghancurkan negeri tercinta ini. Eike kuatirnya, Agama hanya dijadikan sebagai collateral damage, karena yang diincar adalah bagaimana membuat Indonesia porak poranda. Ya dimulai dari menebar hoax hingga aksi persekusi hingga teror bom.

Terus apa pembenahan masjid dari ceramah intoleransi ini cuma PR Pemerintah aja? Ya gak lah ya. Semua elemen termasuk masyarakat berkewajiban menjaga NKRI dari munculnya paham radikalisme. Kalau eike yang jadi Presiden, mungkin udah eike kibas semua tuh mubaligh yang membawa paham radikal. Hadeuh.

Untung Pakde Jokowi gak galak kayak gitu ya. Padahal sebagai Presiden bisa aja loh dia melakukan tindakan represif. Toh demi kebaikan bangsa. Tapi resikonya bakal di-stigma kayak Orde Baru yang punya sejarah kelam bungkam ulama. Dari pada kayak gitu, mending ajak ulama kopi cantik di Istana. Iya gak?

Jadi gak heran kalau semasa Pakde Jokowi menjabat sebagai Presiden, Istana udah kayak rumah kedua bagi para ulama se Indonesia. Para mubaligh ini diberikan ruang untuk berdiskusi mengenai kondisi bangsa ini, baik itu fokus mengenai perkembangan agama ataupun masalah yang lainnya. Kece banget kan ya!

Karena bagaimanapun juga orang yang beragama gak akan bisa terkontaminasi paham radikal jika ia masih menjaga akal sehatnya dengan baik. Ya seperti yang dikatakan filsuf Voltaire (1694-1778): “Nothing can be more contrary to religion and the clergy than reason and common sense. And the truths of religion are never so well understood as by those who have lost the power of reason.” (K16)

Exit mobile version