Site icon PinterPolitik.com

Jokowi Jangan Nyengir Dulu

Jokowi Jangan Nyengir Dulu

Foto : Istimewa

“Senyummu mengalihkan duniaku dan dunia gaib.”


PinterPolitik.com

[dropcap]M[/dropcap]enurut beberapa lembaga survei, tingkat keterpilihan Jokowi masih menjadi yang tertinggi. Survei yang dilakukan oleh Media Survei Nasional (Median) misalnya menyebutkan hanya Prabowo Subianto-lah yang dapat membayang-bayangi elektabilitas Jokowi.

Hasil survei Median itu menunjukkan tingkat elektabilitas Jokowi sebesar 35,7 persen, disusul Prabowo dengan 22,6 persen.

Kemudian ada nama Gatot Nurmantyo dengan 6,8 persen, Anies Baswedan 5,2 persen, Muhaimin Iskandar 4,7 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 2 persen, Jusuf Kalla 1,4 persen, Hary Tanoesoedibjo 1,3 persen, Anies Matta 1 persen, dan Megawati Soekarnoputri 0,9 persen.

Hmmm kok, nama Tuan Guru Bajang (TGB) enggak masuk daftar ya? Pantas aja doi keluar dari Partai Demokrat terus merapat ke Jokowi, lumayan kan kalau Jokowi menang. Hehehe.

Meski nama Jokowi mendapat elektabilitas besar, namun ia belum dapat dikatakan aman untuk maju di Pilpres 2019. Pasalnya elektabilitas Jokowi selalu mengalami penurunan. Terakhir suara Jokowi turun 0,5 persen jika dibandingkan dengan survei Median pada bulan April lalu.

Hal ini berbeda dengan Prabowo yang tingkat elektabilitasnya selalu mengalami peningkatan lebih dari 2 persen, di mana pada April lalu hanya mencapai 20,3 persen.

Waduh, Jokowi dan koalisi ketar ketir dong nih? Kelamaan sih umumin cawapresnya. Penyimak jadi malas kan. Ahahaha. 

Menurut Direktur Riset Median, Sudarto survei yang dilakukan pada bulan Juli ini menunjukkan bahwa Prabowo mengalami kenaikan elektabilitas karena sentimen negatif terhadap Jokowi, sementara pada saat yang sama sentimen negatif terhadap Prabowo juga menurun.

Kalau di bulan April lalu, banyak sentimen negatif terhadap Prabowo terkait dengan sikapnya yang dinilai arogan, termasuk pidato yang seperti orang marah. Tapi hari ini hal itu tidak terlihat lagi dan membuat elektabilitas Prabowo naik.

Sosok cawapres yang tepat memang dianggap bisa menjadi solusi bagi Jokowi. Ia harus memilih sosok yang mampu menyelesaikan permasalahan ekonomi sebab isu inilah yang membuat elektabilitasnya rontok.

Untuk ke depan, Jokowi harus memilih pendamping yang mampu menjembataninya dengan para pemilih Islam. Sebab selama ini, muncul anggapan bahwa Jokowi anti Islam, Islamophobia dan sejenisnya.

Waduh, yakin baru anggapan? Itu kebijakan standarisasi ustad gimana? Ustad aja ada standarnya, masa koruptor yang mau nyaleg lambat penangganannya? Ahahaha.

Apabila Jokowi berhasil memilih pasangan dengan tepat, jumlah masyarakat yang hari ini cenderung persepsinya negatif terhadap Jokowi bisa diminimalisir. Kalau itu tidak dilakukan oleh Jokowi, maka elektabilitasnya akan sulit beranjak dari angka 35 sampai 36 persen.

Wih, jadi enggak sabar menyambut 2019 buat ganti sistem pemerintahan. Eh maksudnya ganti kebijakan nasional gengs, bukan sistem pemerintahan. Ehehe. (G35)

Exit mobile version