“Bila kau cemas dan gelisah akan sesuatu, masuklah ke dalamnya sebab ketakutan menghadapinya lebih mengganggu daripada sesuatu yang kau takuti sendiri.” ~ Ali bin Abi Thalib
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]akil Ketua DPR, Fahri Hamzah memprotes keras adanya pemblokiran akun instagram Ustadz Abdul Somad. Bahkan, saking murkanya, Fahri meminta anggota DPR Komisi I untuk memanggil instagram untuk melakukan klarifikasi.
Wedeeww, segitu seriusnya Bung, weleeeeh weleeeh, tak ada salahnya sih, pihak instagram wajib datang kan sudah ada aturannya di UU MD3 yang mengharuskan pihak manapun untuk hadir bila dipanggil DPR.
Kemungkinannya ada dua nih, Bung Fahri yang memang tak suka bila ada pihak yang menyerang Ustadz Somad atau Bung Fahri yang anti instagram, weleeeeh weleeeh, entahlah.
Tapi kita tahu sendiri kan, Fahri Hamzah cenderung lebih suka menggunakan akun Twitter untuk berselancar di dunia maya, weleeeh weleeeh. Bahkan ada layar besar dan lebar hanya untuk ngetwit, wiiiii canggih amat, uhhuuuyyy.
Kalau misalkan Twitter memblokir akun Fahri, secara otomatis Fahri pasti mengamuk dan protes keras akan dilancarkan oleh Fahri, karena Fahri adalah pengguna Twitter sejati.
Kalau begitu cara Fahri, bagaimana ya caranya Jokowi untuk berselancar di media sosial? Katanya Jokowi itu rajanya sosial media ya? ah, masa sih?
Draft UU MD3 sudah ada di meja saya, tapi belum saya tandatangani. Saya memahami keresahan yg ada di masyarakat mengenai hal ini. Kita semua ingin kualitas demokrasi kita terus meningkat, jangan sampai menurun -Jkw
— Joko Widodo (@jokowi) February 21, 2018
Kalau raja sosmed, Jokowi punya semua media sosial ga? Kalau punya, sadiiiiissss benerrr. Jokowi ga kepusingan apa dan gimana caranya inget – inget akun dan passwordnya, weleeeh weleeh.
Apakah karena julukan rajanya sosmed yang dilekatkan kepada Jokowi membuat Jokowi susah keluar dari lingkaran media sosial? Coba dibayangkan kalau misalkan Indonesia tanpa Facebook, apa yang akan terjadi pada Jokowi?
Woailaaaaaahhh, Jokowi pasti akan Gegana, upppssss artinya Gelisah, Galau dan Merana karena tak ada pelampiasan lagi, weleeeh weleeeh, tak bisa dibayangkan ya. Ehhh jangan dibayangin deh wkwkwk.
Kalau Indonesia tanpa Facebook, tentunya berkurang sudah alat Jokowi untuk menyebarkan pencitraannya, ahhh syudahhhlah.
Seperti saat Jokowi yang ga mau menandatangani UU MD3, Jokowi lebih baik update status di media sosial dibandingkan menyelesaikannya dengan DPR, ahhhh mikirin citra mulu sih, masalahnya dilupain. Wadeeezzzziigggg. (Z19)