“Tidak akan pernah rugi membeli buku yang baik, Amel. Berapa pun harganya.” – Tere Liye
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]bdul mengernyitkan dahi membaca berita di handphone. Habis nganterin pesanan katering, boleh lah santai sejenak baca berita.
Tapi ini beritanya kok bikin pusing ya? Habisnya judul beritanya berbunyi: Ketua PWI Ajak Masyarakat Sumbar Pilih Jokowi di Pilpres 2019.
Sebenarnya nggak ada yang aneh sih dari judul itu. Tapi kok kayak ada yang mengganggu perasaan gitu ya, kayak tiap kali dengerin lagunya Nella Kharisma. Nggak ada hubungannya, woi!
Lha PWI itu kan Persatuan Wartawan Indonesia, organisasinya para wartawan. Kalau ketuanya udah bilang mendukung Jokowi, secara politik Jokowi dapat dukungan wartawan dong?
Hmm, ciyuss nih, Pak? Setelah ‘membeli’ dukungan politik dari media-medianya, kini mau ‘beli’ wartawannya juga?
Nggak salah sih. Tapi, dukungan politik wartawan itu berpengaruh loh. Diperkirakan saat ini wartawan aktif itu jumlahnya lebih dari 80 ribu. Walaupun kalau dihitung-hitung semua pekerja media, mungkin jauh lebih banyak lagi.
Bayangin jika semua wartawan mendukung Jokowi, semua berita politik bakal terselip dukungan politik dong. Apalagi, grup-grup media yang mendukung Jokowi udah banyak juga. Bakal nggak ada lawan nih di 2019 nanti?
Tapi, wajar lah. Setiap warga negara kan punya hak politik, jadi boleh mendukung siapa saja kan?
Iya sih. Tapi, ketua PWI itu punya kekuasaan loh dalam jabatan keketuaanya. Apalagi, denger-denger sih dia juga mau maju di Pilkada Tulungagung. Tidak tanggung-tanggung, didukung oleh 9 partai politik!
Menariknya, lawan yang akan dihadapi di sana didukung oleh satu partai saja, yaitu PDIP! Wezzeeehhh wezeeehh.
Hmmm, ini menjual nama Jokowi biar dapat dukungan politik atau gimana nih?
Dengan posisinya sebagai ketua organisasi wartawan, jelas akan sangat menguntungkan secara politik.
Rrruar biasaaah! Apalagi pers kan salah satu pilar demokrasi. Menurut Abdul sih kalau pers sudah berpihak, masyarakat mau berharap apa lagi?
Pemilik media mungkin punya agenda masing-masing. Sah-sah saja lah, wong mereka pebisnis. Tapi kalau wartawan? Gi mana mau menyuarakan kebenaran kalau sudah berpihak secara politik?
“Woi Dul! Anterin pesanan Mak Ijah dulu. Deodoran 2 lusin!” suara istri mengaggetkan acara baca berita Abdul.
Busset, emak-emak itu mau pakai deodoran berapa biji? (Baca: Paksa Mahasiswa Cium Rakyat!)
Di tempat lain muncul selentingan perebutan kursi RI 2 untuk 2019.
Wah, emang RI 1-nya udah pasti menang ya?
Weezeeeh wezzzeh.
(S13)