Site icon PinterPolitik.com

Jokowi-Anies Selalu Manis?

hubungan jokowi dan anies baswedan

Anies Baswedan dan Joko Widodo. (Foto: RMOL)

“Orang asing hanyalah seorang teman yang menunggu.” ~Rod McKuen


PinterPolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]residen Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta itu selama ini kerap dianggap nggak akur. Orang-orang menilai kayak ada jarak gitu. Terutama ketika Jokowi memecat Anies dari jabatannya sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan, terus dua bulan kemudian Anies maju di Pilgub DKI diusung oleh partai oposisi. Beuhh, makin terpampang nyata kalau ada apa-apa di antara mereka.

Terus sekarang kan Anies sedang bermasalah dengan Bawaslu gara-gara mengacungkan dua jari, padahal pejabat pendukung Jokowi mengacungkan satu jari nggak dipermasalahkan. Akhirnya, Jokowi juga yang turut menjadi sasaran kekecewaan.

Nah, saking banyaknya persepsi negatif soal hubungan Jokowi dengan Anies, Jokowi akhirnya menegaskan kalau hubungannya dengan Anies terjalin baik. Mesra-mesra aja. Bahkan katanya setiap hari guyon bareng.

Cieee, ditegaskan banget loh gaes. Jelas, Pak Presiden tuh nggak mau bikin kita terus hanyut dalam prasangka. Karena bagaimana pun prasangka buruk bisa membawa keruntuhan untuk citra Jokowi yang sabar, baik, ramah, dan tidak sombong. Hehehe.

Demi meraih kesuksesan Pemilu, hubungan pertalian kasih harus dipertegas. Agar supaya... Share on X

Kalau kata pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri W Satrio, pernyataan Jokowi itu bisa menjadi upaya untuk mendulang suara pendukung Anies. Sehingga batasan yang selama ini terlihat ingin ditiadakan.

Hmm, tapi kalau terkesan akrab banget sama Anies, apa nggak khawatir dengan perasaan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)? Nanti bete nggak?

Menurut Hendri, pernyataan Jokowi itu memang ada sisi positif dan negatifnya. Sisi baiknya, citra Jokowi sebagai negarawan yang berusaha untuk merajut kembali Indonesia akibat Pilgub DKI menguat.

Tapi di sisi lain, pernyataan tersebut bisa membuat pendukung Ahok patah hati dan berpikir kembali untuk memilih Jokowi. Udah wakil presidennya orang yang menjebloskan Ahok ke penjara, eh sekarang dekat dengan lawan Ahok di Pilgub lagi.

Pendukung Ahok bisa saja ragu memilih Jokowi, tapi kayaknya nggak akan ke Prabowo juga. Menurut Hendri, kemungkinannya Ahokers lebih memilih menunggu, jadi swing voter gitulah.

Konon politikus itu tidak pernah main hati, melainkan kepentingan. Mesra atau tidaknya sebuah hubungan hanya bisa ditentukan dengan kepentingan apa yang hendak dicapai. Jadi kalau menurut eik, nggak usah terlalu menilai politisi dari hubungan pertemanannya, tapi murni dari kemampuan dan gagasannya tentang pembangunan Indonesia.

Yang terlihat sering bersama dengan ulama bukan berarti orang salih. Yang biasa terlihat akur, bukan berarti memang berkawan. Pilih bukan karena dia dekat dengan siapa, tapi pilih karena memang dia dipandang mampu. (E36)

Exit mobile version