“Tryna mediate the beef, you get found with ‘em” – 21 Savage, penyanyi rap kelahiran Inggris
PinterPolitik.com
Politik adalah sebuah kehidupan yang penuh intrik. Bahkan, banyak yang bilang bahwa, kalau sudah terjun ke dunia politik, mental harus benar-benar ditata, cuy.
Harus pintar berhitung, harus pintar analisis, dan harus jeli karena yang namanya politik itu memang gak ada mengenal kawan dan lawan ya. Adanya cuma kepentingan. Hehehe.
Tapi, jangan menilai politik dari hal tersebut saja ya, gengs. Pasalnya, politik bukan melulu terkait dunia hitam, gelap, dan mengerikan seperti itu.
Melalui kebijakan politik, sebuah negara dapat merumuskan kebijakan yang dapat menyejahterakan rakyat. Melalui jalur politik pula, masa depan bangsa juga dipertaruhkan.
Ya, kalau bahasa bijaknya, seburuk-buruknya hal, pasti ada baiknya. Sementara, sebaik-baiknya hal, pasti ada sisi buruknya, cuy. Begitu pula dalam dunia politik.
Nah, kali ini mimin akan membahas tentang para elite di Indonesia yang saat ini sedang dilanda iklim Nasdem, cuy. Yang dimaksud di sini bukan partai Nasdem ya, tapi ini akronim dari panas adem. Hehehe.
Begini, gengs, baru-baru ini, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ternyata sentil Presiden Joko Widodo (Jokowi), cuy. Salah satu alasannya sih, gara-gara pernyataan presiden yang memang sedikit kontroversial, yaitu meminta agar masyarakat hidup berdamai dengan virus Covid-19.
Ya, meski pihak istana sudah memberikan klarifikasi terkait apa yang dimaksud oleh Presiden Jokowi, tapi ya kalau dipikir-pikir, memang diksinya kurang tepat ya, gengs. Dalam penilaian Pak JK, kalimat ini kurang pas dan kacau banget, gengs. Soalnya, sifat virus Corona yang ganas itu tidak sepatutnya diajak berdamai.
Terlebih, risikonya terlalu berat, yaitu kematian yang akan menghampiri masyarakat. Ngeri banget gak tuh? Kalau miminsih ngeri ya, geng, soalnya berhubungan dengan nyawa.
Kurang lebih, kalimat Pak JK seperti ini, gengs, “Berdamai itu kalau dua-duanya ingin berdamai. Kalau kita ingin damai, tapi virusnya enggak, bagaimana? Terlebih ini risikonya terlalu berat, yaitu kematian.” Hmmm, kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga ya, cuy, kalimat Pak JK ini.
Kalau dianalogikan mungkin seperti ini, cuy. Kalian ngotot banget tuh untuk jadian “pacaran” dengan orang. Kalian sihmau banget. Lah, ternyata, si doi ogah jadian sama kalian.
Terus, gimana? Apa itu tetap dinamakan pacaran? Ya, enggak, cuy. Yang ada nyesek alias cinta bertepuk sebelah tangan. Hadeuh.
Selain itu, dalam sebuah webinar bersama Universitas Indonesia (UI), mantan Wakil Presiden itu juga menyoroti banyaknya masyarakat yang berkerumun,tetapi pemerintah cenderung tidak ada penindakan tegas, gengs, sehingga doi menyayangkan hal tersebut dan menilai bahwa akan ada ledakan jumlah korban Covid-19 dalam waktu dekat ini.
Seperti ini, gengs, kalimatnya “Ini yang terjadi saat ini, orang ke mana-mana, ke pasar, ke mal. Ya paling kita lihat minggu depan, berapa. Paling naik lagi penyebarannya.” Hmmm, duh, Pak JK memang kali ini ada benarnya ya, gengs.Kelihatannya pemerintah memang sudah seharusnya mulai memperhatikan setiap kritik dan masukan dari Pak JK nih.
Terlebih, doi kan juga memang dikenal sebagai seorang ahli dalam hal mediasi dan resolusi konflik. Mungkin, pemerintah butuh bantuan Pak JK juga nih bila ingin “berdamai” dengan Corona. Hehehe.
Hmm, kira-kira mau gak nih pemerintah menjadikan Pak JK sebagai dewan pertimbangan atau rujukan dalam membuat kebijakan? Kita tunggu informasinya lebih lanjut dati pihak Istana ya, gengs. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.