Yenny Wahid menghadiri sebuah konferensi toleransi. Tapi, masyarakat Indonesia saja belum bisa toleran dengan gaya kerudung Bu Yenny.
PinterPolitik.com
Menghadiri peluncuran Konsil Global untuk Toleransi dan Perdamaian, Yenny Wahid pamer banyak cerita di Twitter. Salah satunya, misalnya, bahwa Indonesia turut ambil bagian dalam pendirian dewan internasional ini. Patut bangga dong kita?
Tapi tentu kita tidak bangga. Masalahnya, di samping cerita konsil, Yenny malah nge-tweet yang tidak penting. Dia bandingin dengan Indonesia, tidak satupun negara Muslim lain yang delegasinya mengenakan kerudung.
Lho, ya pantes toh warganet ribut-ribut?
Hari ini ketemu teman2 baru dari berbagai negara berpenduduk Muslim: Maroko, Libanon, Jordan, Albania, Palestina..hanya saya yg berkerudung.
— Yenny Zannuba Wahid (@yennywahid) November 2, 2017
Apa coba logika tweet ini?? Mau bilang kalau dia doang yang berkerudung? Yaaa bener sih dia berkerudung. Tapi dia tahu kan kerudungnya suka dinyinyirian orang lokal?
Harusnya, Ibu Yenny lebih peka akan hal ini. Orang Indonesia itu inginnya sosok yang Muslimah. Sosok yang dengan jilbabnya, maka tercermin kontribusinya bagi iman bangsa. Ibu sebagai sosok seharusnya bisa menjadi Muslimah Indonesia sejati.
Seperti apa sih, Muslimah Indonesia yang benar? Yah, apapun lah, pokoknya sekali lagi, pada kesempatan ini saya tegaskan. Yang ke-Arab-araban dong!!! Biar putri Arab Saudi saja gak ada yang berkerudung, sabodo teuing! Yang penting moral Indonesia dijaga ya dengan jilbab!
Gini, Bu Yenny. Orang Indonesia belum siap deh kayaknya disusupi pikiran terlalu liberal. Gak capek Bu dikatain liberal terus?
Sy gak pernah ngaku pinter. Yg saya tahu, Imam Syafi’i saja punya 2 pendapat dlm tetapkan batasan aurat : qaul jadid & qaul qodim. Situ tau? https://t.co/eZ6XrZYx9m
— Yenny Zannuba Wahid (@yennywahid) November 3, 2017
“Jilbabku lebih bagus darimu!” Maksudnya, beda merk jilbab? Ngga sih, maksudnya seberapa panjang kamu pakai jilbab. Ada yang pakai dari kepala sampe mata kaki, ada yang sampe bahu, ada yang gak pakai. Semakin panjang, semakin berhak klaim paling beragama.
Gini ya, mau kamu berjilbab, berkerudung, berpeci, pakai topi baseball, topi koboi, topi santa, kupluk, blangkon, atau tidak pakai apapun (untuk menutup kepala), kamu tetap manusia seutuhnya dengan hak kebebasan.
Kamu akan dihargai selama kerjamu profesional dan kamu tidak makan uang haram. Banyak toh pejabat yang dipanggil KPK, sekonyong-konyong langsung jilbaban?
Mau apapun gaya berpakaian kamu, para perempuan, kamu tetap spesial. Kuncinya, toleransi. Tubuh juga tubuhmu, kan? Siapa mereka mengatur-atur? (R17)