Peringkat daya saing Indonesia mengalami kenaikan, sehingga Jokowi meminta masyarakat tidak melihat perekonomian Indonesia secara pesimistis.
PinterPolitik.com
“Jangan ada pesimis diantara kita…”
[dropcap size=big]B[/dropcap]egitulah kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), saat membuka Trade Expo Indonesia 2017, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (11/10) lalu. Kalau diingat-ingat, pernyataan yang sama juga sudah pernah ia lontarkan tiga tahun lalu.
Bagi para pedagang, bertahan usaha di masa-masa sekarang sangat berat. Terutama para peretail yang mengaku ongkos sewa tempat tidak bisa terpenuhi, akibat sepinya pembeli. Mereka pun berkesimpulan, daya beli rakyat turun, tentu ini salah Jokowi.
Bagi para politisi, masalah daya beli menjadi begitu seksi. Dari para kritikus ekonomi sampai yang doyan selfie pun ikut mengomentari. Ekonomi Indonesia hampir mati, katanya, para peretail bangkrut adalah bukti.
Padahal di setiap akhir minggu, pusat-pusat perbelanjaan masih banyak yang wara-wiri. Di sejumlah restoran, orang-orang yang kelaparan pun masih rela antri. Apalagi di hari-hari libur panjang, tiket pesawat dan kereta api bahkan sulit dicari.
Perekonomian kita memang mengalami anomali, kata ekonom lain, membela Jokowi. Ketika pemerintah memfokuskan masalah infrastruktur, lalu masalah ekonomi kerakyatan kurang tertangani, adalah konsekuensi. Jadi, tak sepenuhnya salah Jokowi.
Presiden RI @Jokowi resmi buka
Trade Expo Indonesia hari ini (11/10). #TEI2017 digelar di ICE BSD, Tangerang, Banten, 11-15 Oktober 2017.? pic.twitter.com/ztH95CXN2H— KKP RI (@kkpgoid) October 11, 2017
“Memang ada yang membawa masalah ini ke ranah politis,” kata Jokowi, mencibiri orang-orang yang selalu memandangnya apatis. Jokowi menganggap mereka hanya ingin mengambil pemberitaan gratis, dengan menyebar kabar-kabar pesimis.
Sementara sebagai rakyat biasa, kita hanya bisa bertanya-tanya. Apa yang tengah terjadi di negara kita? Barang-barang meningkat harganya, biaya listrik tak terkira mahalnya. Tapi mengapa mereka hanya meributkan daya beli saja?
Di mata Jokowi, perekonomian Indonesia baik-baik saja. Walau daya beli tidak meningkat drastis, tapi toh rakyat tetap bisa makan juga. Daya saing Indonesia di luar bahkan naik peringkatnya, begitu pun tingkat kepercayaan investasi kita.
Jadi siapa yang pesimis sebenarnya? Aku, kamu, atau para oposisi saja? Bila harga-harga mahal, rakyat tentu akan memilih mengikat erat sabuknya. Mencoba bertahan dari yang dipunya saja. Membeli barang yang dibutuhkan semata.
Bertahan, hanya itu yang rakyat bisa. Meskipun sedikit ada rasa pesimis diantara kita. (R24)