“Sebagian besar dari kita melihat kasus korupsi seperti menonton infotainment. Kita merasa tidak terdampak langsung”. – Alissa Wahid
Pinterpolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]asih ingat nama Novel Baswedan gak nih cuy? Tentunya masih ingat dong. Nama doi memang menjadi pusat pemberitaan terkait kasus penyiraman air keras yang membuatnya harus istirahat satu tahun lebih. Nah kasus itu sampai sekarang gak tau arah dan progress-nya cuy.
Bayangin nih, sejak 11 April 2017 lalu hingga sekarang, kasus itu belum kelar, bahkan belum menemukan titik terang loh. Hadeh, ibarat dalam hubungan asmara, kamu digantungin sama gebetanmu selama dua tahun, berat gak tuh? Beh, gak tahan cuy.
Nah, baru-baru ini, di tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lagi panas loh. Tapi semoga panasnya gak kayak suhu Jakarta di musim kemarau ya. Udah panas, kering lagi. Beh, lengkap sudah.
Iya cuy, sekarang ini lagi rame soal selentingan tentang kubu-kubu di internal KPK. Bahkan nih, sampai muncul istilah “Polisi India dan Polisi Taliban”. Waduh, apa lagi ini?
Baru saja selesai Pemilu, baru juga hilang istilah kreatif kayak politik genderuwo, kubu kampret, kubu cebong dan isi kebun binatang yang lainnya, eh sekarang muncul lagi istilah kreatif yang lain. Ada-ada saja.
Nah istilah itu dimunculkan oleh Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane karena di internal KPK saat ini sedang terjadi perpecahan cuy. Waduh, padahal KPK selama ini terkenal sebagai institusi yang solid dan bersih ya.
Nah, istilah Polisi Taliban yang dimaksud oleh Neta adalah kubu yang pro dengan Novel Baswedan, di dalamnya berisi para penyidik senior KPK. Sedangkan Polisi India yaitu kubu non-Novel. Loh, kok bisa sih KPK pecah seperti ini?
Menurut kabar angin, hal ini terjadi karena ketidaktegasan para pimpinan KPK loh. Bahkan katanya, KPK saat ini cenderung tebang pilih alias milih-milih target dalam penyidikan.
Cuy, sekarang ini lagi rame soal selentingan tentang kubu-kubu di internal KPK. Bahkan nih, sampai muncul istilah “Polisi India dan Polisi Taliban”. Waduh, apa lagi ini? Share on XWadaw, padahal selama ini KPK terkenal independent dan no intervention ya. Kalau kejadiannya seperti ini, jangan sampai publik menjadi tidak percaya lagi dengan lembaga anti-rasuah itu, sama seperti publik tidak percaya lagi pada DPR. Upsss.
Jangan sampai karena kasus Novel sulit terungkap, eh malah berimbas pada kinerja KPK, sehingga jadi terpecah belah.
Bahkan menurut Neta saat ini KPK telah bermain politik. Doi menyebut bahwa saat ini KPK terkesan hanya menargetkan para pejabat di lingkaran paslon nomor urut 01, yaitu Jokowi-Ma’ruf Amin. Soalnya, sejak Desember 2018 hingga bulan April 2019 sebagian besar target KPK adalah pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Waduh, Kalau hal tersebut benar, berarti selama ini yang diisukan bahwa KPK menjadi kaki tangan pemerintah salah dong? Hmmm.
Pantas ya, beredar kabar burung bahwa nama Novel Baswedan menjadi kandidat terkuat untuk mengisi posisi Jaksa Agung kalau pasangan Prabowo-Sandi memenangi Pilpres 2019. Upsss. Kan jadi keceplosan, semoga cepat sehat ya KPK. Hehehe. (F46)