“Menteri-menteri dari partai politik, kerap kali disibukkan urusan politik. Korupsi juga masih menggurita, sejumlah menteri akhirnya ditangkap KPK.” ~Najwa Shihab
PinterPolitik.com
[dropcap]R[/dropcap]asa dahaga akan suara rakyat nyatanya mampu menggerus nurani, dan tentunya menghilangkan etos kerja para pelayan-pelayan masyarakat. Alih-alih melayani, mereka lebih senang menyanjung calon penguasa di muka rakyat, agar kalau menang, bisa menagih balas budi. Aih, sungguh tabiat yang menyebalkan!
Beberapa waktu lalu, banyak kritikan tajam dihunuskan pada Menteri Sosial, Idrus Marham, yang secara tersirat mengampanyekan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sebuah acara di mana harusnya beliau sedang berkapasitas sebagai menteri.
Dalam sebuah acara, Idrus Marham membicarakan soal kenaikan anggaran bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) yang mencapai dua kali lipat pada tahun depan menjadi RP 34,4 triliun. Sedangkan tahun lalu hanya Rp 17 triliun. Nah, setelah menjabarkan fakta tersebut, Idrus lantas mengatakan kalau masyarakat harus sadar bahwa pemerintahan Jokowi memang berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil.
Hmm, moon maap, emang selama ini rakyat lagi pingsan atau kesurupan gitu sampe disuruh sadar? Mungkin sampean yang harus sadar, jadi menteri kok nganu. Demi menjaga keadilan dalam berdemokrasi, netralitas untuk penyelenggara negara itu harga mati, Bos! Ettdahhh…
Setelah berusaha “menyadarkan” masyarakat, Idrus juga berseloroh kalau kinerja Jokowi selama menjabat sebagai presiden memuaskan dan mengharapkan agar Jokowi mendapatkan pahala, yakni dengan dipilih kembali di Pilpres 2019. Menurutnya, rakyat harus bersyukur dengan pencapaian pemerintah saat ini, cara bersyukurnya ya dengan memilih Jokowi di tahun depan.
Wahh…wah masa sampe pahala dari Tuhan aja diatur-atur harus berupa apa. Jadi dulu cita-citanya mau jadi menteri atau jadi Tuhan? Wkwkwkwk.
Kalau begini ceritanya, dibanding dibilang sebagai aparatur negara, kayaknya Bapak lebih cocok menjadi juru bicara kampanye deh. Kenarsisan dan bualannya sudah pas, dunia dan akhirat. Mantap nggak tuh?
Hmm, bagaimana kalau mendingan Bapaknya berhenti jadi menteri dan masuk tim kampanye Jokowi? Biar pas… Eh tapi tunggu, sebelum itu, selesain dulu deh kasus suap proyek PLTU Riau. Dari kemarin kan sudah dipanggil-panggil KPK tuh. Bapak nggak terlibat khannn? Hehehe. (E36)