“Ya itu orang lebih tahu lah (kekuatan suara HTI), wartawan lebih tahu. Yang jelas banyak.” ~ Juru Bicara eks HTI, Ismail Yusanto
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]asca putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), upaya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk membatalkan surat keputusan pembubaran tak bisa dihindari lagi. Alhasil, kini HTI sudah dibubarkan.
Tapi, ternyata ehhh ternyata, HTI dengan kekuatan basis massa yang kuat di daerah – daerah membuatnya kini dipandang oleh para politikus untuk dijadikan ‘sekoci’ menjelang Pilpres dan Pileg 2019.
Namanya sekoci, tentunya HTI akan menjadi martir politik yang diperbantukan untuk memenangkan kontestasi. Tapi bukankah HTI itu organisasi yang … ahhh syudahhlah.
Tapi sebenarnya, apakah HTI ini ditawari oleh partai politik untuk bergabung atau justru HTI yang menawarkan diri untuk berhimpun di partai politik?
Ehmmm, entahlah. Yang jelas, HTI kini berpotensi diperebutkan partai politik hanya untuk memenangkan kontestasi.
Memangnya sekuat apa basis massa HTI? Upss, kalau kata juru bicaranya sih kekuatan basis masssanya banyak, waduh jadi sangat mungkin dong bisa membantu partai politik memenangkan pesta demokrasi nanti.
Weeeiittss, mumpung HTI itu selalu didampingi Yusril Ihza Mahendra, kabarnya anggota eks HTI akan merapat ke Partai Bulan Bintang (PBB). Nah loh, kalau begini caranya Yusril dapet untung dong, katanya sih begitu.
Tapi selain PBB, kabarnya juga ada beberapa partai politik lain yang mulai genit melirik dan menawarkan HTI untuk bergabung, ehmm, ini semata – mata untuk pemenangan atau untuk pelipur lara karena sudah dibubarkan?
Ehm, kalau melihat gelagat HTI yang ikut berpolitik atau yang mengaminkan demokrasi, rasanya gimana gitu ya. Tapi tak mengapalah ya, weleeeh weleeeh.
Apalagi menurut juru bicaranya sih, HTI itu tidak diperkenankan untuk golput dalam setiap pemilihan, jadi HTI pasti ikut andil memilih.
Tapi kriterianya bagaimana ya? Kabar kaburnya sih, HTI tidak akan memilih pemimpin di Pilpres 2019 nanti yang anti Islam, mengkriminalisasi ulama dan membubarkan kelompok dakwah.
Weeeeiittss, kalau begini sih sudah menjurus ya, hayooo, kayaknya sih HTI pilihannya sudah jelas untuk bergabung dengan siapa, weleeeh weleeh.
Tapi akankah HTI cuma diperbantukan dan dimanfaatkan saja? Ehmm, berarti sangat bertolak belakang ya dengan prinsip Norman Schwarzkopf yang tidak ingin menjadi pion dalam kampanye politik.
HTI kini hanya dimanfaatkan sebagai pion dalam kampanye politik? Kenapa ga jadi aktor politik sekalian? Weleeeh weleeh. (Z19)