“Boleh tinggal di gunung yang berbeda, tetapi di saat mencari bunga kalian harus berbicara.” ~ Konfusius
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]pa kamu juga curiga, kalau tagar #2019gantipresiden yang diinisiasi politisi PKS, Mardani Ali Sera itu didukung organisasi yang baru saja dilarang oleh pemerintah, yaitu kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)?
Hmmm, kalian dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto boleh saja curiga, tapi kalau bisa jangan curiga terlalu jauh ya gengs. Takutnya nanti kalau kejauhan curiganya, kalian malah nyasar lagi kayak Habib Rizieq. Doi tak kunjung pulang di saat curiga tentang perjuangan rasa. Weleh-weleh.
Tapi nih gengs, kalau sampai benar di balik massa tagar itu ada barisan sakit hati pemerintah alis barisannya HTI, wah bisa-bisa amsiong tuh pemerintah. Apalagi kalau sampai gerakan ini menjadi psychology of voting yang efektif untuk Pilpres 2019 nanti.
Kalau menurut kalian gimana nih gengs? Apakah gerakan ini mampu bertahan sampai akhir Pilpres 2019? Apakah pemerintah mampu membendung besarnya geliat massa yang memperjuangkan nafas tagar ganti presiden 2019?
Hmmm, kalau eyke sih enggak ada pendapat lain selain buat tagar sendiri gengs. Nah nama tagar yang eyke buat itu adalah #nyimakpionfanatikberaksi aja deh. Ehehehe.
Oh iya gengs, hampir eyke lupa tanyain ke kalian soal apakah benar HTI itu meramaikan barisan tagar ganti presiden ya? Kalau memang benar apa buktinya? Soalnya nih gengs Sidarto itu punya argumen yang kuat, walau belum bisa dibilang sebagai bukti sih. Wkwkwkw.
Sidarto menjelaskan soal kemungkinan tagar itu ditunggangi oleh HTI karena gerakan itu tidak tegas memberikan dukungan ke pasangan tertentu. Seharusnya gerakan itu tegas menyatakan dukungan mereka ke opasangan Prabowo-Sandiaga Uno.
Nah iya gengs, selain kecurigaan tidak tegasnya dukungan, Sidarto juga mencurigai gerakan tagar yang beberapa waktu lalu memasang spanduk #2019gantipresiden yang berlogo HTI dan PKS di sejumlah lokasi di Pontianak gengs.
Duh jadi gimana nih gengs? Kalau katanya Mardani Ali Sera sih keberadaan spanduk yang dimaksud Sidarto itu adalah ulah dari kontra intelijen untuk mendiskreditkan gerakan tagar ganti presiden. Weleh-weleh.
Eyke jadi bingung gengs, mau percaya yang mana? Kalau kayak gini kan jadi inget ungkapan: “Maling mana ada sih yang mau ngaku?” Terus eyke juga jadi keinget sama pepatah: “Lempar batu kepala benjol”. Eh kepala siapa tuh yang benjol kena batu?Wkwkwkw. (G35)