“Jika HTI berminat dalam politik sebagai salah satu jalur utama mewujudkan misi khilafah dan khalifah, maka silakan HTI mempertimbangkan untuk menjadi partai politik,” ~ Ketua DPP Partai Gerindra, Sodik Mujahid.
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]asti banyak jamaah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang kecewa usai putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang menolak gugatan Ormas ini terhadap keputusan Menteri Hukum dan HAM dalam sidang putusan di PTUN, Jakarta Timur, Senin (7/5). Meski kali ini HTI kalah, tapi Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto tetap merasa optimis dapat menang saat banding nanti. Hmm, seriusan?
Lagian ngapain pusing sih kalau memang dibubarin. Kan masalahnya ada pada azas Ormas yang tidak sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945. Jadi buat aja Ormas baru dengan azas yang selaras. Selesai kan! Ngapain riweuh sih. Apa karena HTI gak mau ngelepasin ideologi yang bertentangan dengan Pancasila itu?
Masih ngebet ya mau mendirikan negara khilafah di Indonesia? Hadeuh, negara ini kan udah lahir dengan kesepakatan di bawah azas Pancasila yang memayungi semua kepentingan. Itu sudah opsi terbaik dengan kondisi negara yang plural dan kondisi geaografis kepulauan seperti ini. Mau dipaksakan? Yang ada bubar!
Coba deh introspeksi diri kenapa Pemerintah memutuskan membubarkan HTI. Pertama, sebagai ormas berbadan hukum, HTI tidak melaksanakan peran positif untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan guna mencapai tujuan nasional. Mungkin kerjaannya cuma demo melulu kali ya.
Kedua, kegiatan yang dilaksanakan HTI terindikasi kuat telah bertentangan dengan tujuan, azas, dan ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Ormas.
Ketiga, aktifitas yang dilakukan HTI dinilai telah menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat, serta membahayakan keutuhan NKRI. Tuh catet ya kenapa HTI dibubarkan. Kalau Ormas ini gak neko-neko, pasti aman jaya kok kayak Ormas lain.
Tapi kalau memang masih gak rela dibubarin, ikutin aja nih saran dari Ketua DPP Partai Gerindra, Sodik Mujahid. Dia tuh nyaranin bagi jamaah eks HTI untuk membentuk partai politik aja. Katanya sih misi HTI harus diformulasikan sebagai strategi dan taktik perjuangan, agar lebih sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan perundang-undangan lainnya.
Kalau jemaah eks HTI mencintai Indonesia, mereka gak perlu merongrong dengan memunculkan ide azas khilafah hanya karena masih ada sejumlah kekurangan pada negeri ini, seperti korupsi, kesenjangan ekonomi dan lain sebagainya. Khilafah itu toh bukan jaminan, bahkan kehadirannya akan merusak tatanan yang ada karena masuk secara dipaksakan.
Kalau memang cinta, datanglah dengan lembut dan meluluhkan hati, memperbaiki kesalahan negeri yang ia cintai dan terbang bersama menuju kebaikan. Seperti halnya yang dikatakan filsuf Voltaire (1694-1778), ‘Love has features which pierce all hearts, he wears a bandage which conceals the faults of those beloved. He has wings, he comes quickly and flies away the same.’ (K16)