Site icon PinterPolitik.com

Hasutan Gatot di Tanah Sumut

Hasutan Gatot di Tanah Sumut

Istimewa

“Memilih pemimpin Sumut yang bukan dari warga asli adalah penghinaan. Dalam diri putra-putri Sumatera Utara mengalir darah pemimpin. Warga Sumatera Utara bukan mental tempe,” ~ Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.


PinterPolitik.com

[dropcap]S[/dropcap]ebagai masyarakat Indonesia, sepatutnya kita berbangga diri karena memiliki keragaman suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda antar daerah. Namun dibalik rahmat Tuhan atas pluralisme ini, paham etnosentrisme juga berpontensi bisa muncul di berbagai daerah. Jika sudah memasuki masa Pemilihan Umum, jangan heran kalau kita menemui beragam isu SARA ikut meramaikan agenda kampanye.

Seperti halnya yang baru-baru ini terjadi di Pilkada Sumatera Utara. Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, sekaligus sebagai salah satu bakal calon presiden menyerukan untuk memilih pemimpin yang merupakan warga asli Sumatera Utara. Lah, masa eksklusif gitu sih cara pandangnya?

Terus kalau seandainya ada keturunan daerah lain yang kapabel untuk membangun daerah tersebut dengan menjadi pemimpin mereka, apa harus seratus persen ditolak? Yang kayak gini nih yang bisa bikin daerah lambat kemajuannya. Terus kalau di daerah tersebut gak ada warga asli yang mumpuni, apa tetap dipaksa memimpin?

Yang ada malah berantakan nanti daerahnya. Sebenernya sih hal-hal semacam ini cuma muncul di tataran elite politik aja. Mereka kan yang punya kepentingan untuk mengusung calon kepala daerahnya. Kalau kompetitornya berasal dari luar daerah, serangan politik paling pas ya dengan sentimen SARA. Wew.

Terus apa bedanya hal ini dengam seruan wajib memilih pemimpin yang seiman? Itu loh yang kalau memilih selain itu maka akan berdosa. Kok bisa ya menjustifikasi kayak gitu. Giliran sekarang,  muncul sentimen orang asli daerah dan orang luar daerah. Jiah, cape deh. Hari gini kok masih ada aja ya sentimen kedaerahan gitu.

Memilih pemimpin itu berdasarkan kualitas kinerja yang bisa mereka hasilkan untuk masyarakat. Bukan atas dasar kesamaan tempat lahir aja. Kalau itu namanya berdasarkan paham primordialisme doang. Kalau cuma modal kesamaan daerah tapi kerjanya caprut, eike mah ogah milih yang kayak gitu, mending yang keturunan daerah lain tapi lebih kapabel dan memiliki integritas. (K16)

Exit mobile version