“We used to love one another. Give to each other. Lie under covers so, are you friend or foe?” – T.A.T.u
PinterPolitik.com
Baru-baru ini FPI kembali dihujat. Hal ini berkaitan dengan kasus penganiayaan relawan Jokowi, Ninoy Karundeng.
Kisah Ninoy berawal ketika dia sedang meliput aksi unjuk rasa para demonstran yang terkena semprotan gas air mata oleh polisi. Namun tiba-tiba dia diseret oleh sekelompok orang tak dikenal lalu dibawa ke Masjid Al-Falah di daerah Pejompongan. Penculikan ceritanya.
Menurut kesaksian Ninoy disana dia diinterogasi dan dianiaya dengan cara dipukuli dan ditendang. Bahkan Ninoy mengaku dia juga diancam untuk dibunuh. Selama disiksa, Ninoy mengaku terdapat sosok ‘Habib’ (bukan Habib Rizieq) yang menyatakan waktu Ninoy pendek karena kepalanya akan dibelah.
Tak hanya dibunuh dengan cara yang keji, mereka juga mengancam akan membuang mayat Ninoy di tengah kerumunan massa unjuk rasa. Tak cukup penganiayaan fisik, sekelompok orang tersebut menggeledah tas Ninoy kemudian mencuri data dari telepon genggam dan laptopnya.
Mungkin para pelaku terlalu banyak menonton video penyiksaan tahanan ISIS dan mereka pengen praktik. Bisa jadi, mereka lagi training buat gabung ISIS. Tapi percuma sih, ISIS kan udah kalah.
Penganiayaan ini pun akhirnya dilaporkan ke polisi dan ditindak lanjuti oleh Penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Hingga Senin sore, 7 Oktober 2019 polisi telah menetapkan 11 orang tersangka.
Nah, perkara ini ternyata belakangan ikut menyeret Front Pembela Islam (FPI), termasuk jubir mereka Munarman. Yahh FPI lagi.
Karena kasus ini nyeret pegawai FPI, masyarakat kembali memojokkan FPI sebagai biang onar. #BubarkanFPI pun kembali mencuat. Publik menilai FPI ini sering main hakim sendiri.
Tapi kalau kita berkaca, menghujat dan memojokkan FPI tanpa bukti yang jelas kayak kasus Ninoy ini kan berarti kita main hakim sendiri. Belum tentu FPI yang salah kan, mari ikuti perkembangan kasus.
Lagian pembubaran FPI bukan solusi efektif. Habib Rizieq bisa aja bikin ormas baru yang mirip kayak FPI, sama aja boong. Masyarakat harus maklum di negara demokrasi perbedaan ya wajar. Masa beda dikit, langsung main bubarkan.
Kita juga harus mengakui bahwa FPI ini frenemy. Pas ada pengen kita bubarkan tapi kalo ga ada kita mungkin kangen. Sepet aja lidah kalo gak ada ormas ini di bumi nusantara. Jadi tolong FPI gausah bubar, ganti pendekatan mungkin iya. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.