“Kontrol minyak maka Anda akan kendalikan negara; kontrol pangan maka Anda akan mengendalikan rakyat.” ~Henry Kissinger
PinterPolitik.com
[dropcap]K[/dropcap]enaikan harga BBM bersubsidi kerap menjadi mimpi buruk bagi sebagaian masyarakat, terutama rakyat kecil yang merasakan dampaknya secara langsung.
Premium adalah makanan sehari-hari transportasi masyarakat, seperti sepeda motor, hingga angkutan kota (angkot). Nah, kalau harga premium naik, ongkos transportasi juga ikut naik dong? Setelah itu apa lagi? Semua harga bahan pokok bakal naik juga.
Haduh, sekali-sekali gaji kek yang naik, jangan harga BBM, jangan harga bahan pokok. Target nikah udah mulai dekat nih. Ehhh, malah curhat…
Tapi untunglah, setelah beberapa menit misuh-misuh menyumpahi menteri ESDM Ignasius Jonan yang tahu-tahu bilang akan menaikkan harga premium, terbitlah berita suka cita, yakni arahan Presiden Joko Widodo untuk menunda kenaikan premium.
Wah wahhh, gila aja sih… leganya kayak apa itu? Hehehe.
Beberapa politisi pun akhirnya ikut buka suara, ada yang memuji, ada pula yang bilang aneh. Para pendukung Jokowi sih bilang kalau penundaan kenaikan premium adalah untuk kebaikan rakyat. Tapi, di kubu sebelah berspekulasi kalau si Pakde takut rakyat se-Indonesia ngambek dan nggak akan pilih doi lagi untuk memimpin di periode kedua. Kalau kamu, kelompok komentator yang mana nih?
Harga premium nggak nentu, Menteri ESDM yang mabok, atau Pakde Jokowi yang galau nih? Galau takut ditinggal pemilih gitu... Ups Share on XWakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menganggap kalau drama penundaan naiknya harga premium merupakan bagian dari keajaiban dunia. Lah kok?
Hidayat jadi mempertanyakan, ada apa nih dengan politik koordinasi di dalam kabinet Jokowi? Kok menteri bisa menaikkan terus langsung diturunkan lagi? Hal tersebut dipandang nggak memenuhi logika publik. Ajaib gaes…
Ini merupakan kekacauan yang konyol di penghujung pemerintahan presiden. Bagaimana antara presiden dan menteri seperti tidak berkoordinasi dengan baik. Yang satu bilang A yang satu bilang B. Weleh, mulai nggak kompak atau gimana?
Hidayat menilai kayaknya itu nggak mungkin, lantaran Jokowi sudah pernah menyatakan tidak akan melakukan perombakan kabinet di tahun terakhir kepemimpinannya.
Selain masalah koordinasi, Hidayat juga menilai penundaan ini bisa diartikan sebagai pencitraan yang dilakukan Jokowi menjelang pemilu 2019. Dugaan pencitraan itu lanjutnya, tidak dapat dihindarkan.
Hmm, coba kita tengok lagi ke belakang deh, Pakde Jokowi ini bukan sekali doang punya masalah perkara koordinasi semacam ini. Waduh, gimana nih, sudah mau berakhir loh kepemimpinannya, masa nggak kompak terus? (E36)