“Dinasti politik yang terjadi di sejumlah daerah akan melahirkan kejahatan keluarga. Kejahatan keluarga merupakan ancaman bagi bangsa yang membahayakan di masa depan” ~ Abraham Samad
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]ilkada Serentak tahun ini diwarnai dengan berbagai kandidat yang memiliki hubungan keluarga dengan petahana.
Entah suami, istri, anak, keponakan, adik, kakak,atau semua bentuk hubungan keluarga lainnya, campur aduk ingin ikut merebut kekuasaan.
Mungkinpara ‘pengabdi dinasti’tersebut berharap bisa melanjutkan dan menguasai suatu daerah. Mereka sepertinya hanya ingin ‘mengamankan’ nikmatnya kekuasaan yang jatuh kepada keluarganya saja.
Yang lain tak boleh mendapatkannya. Nah, kalau bicara kompetensinya gimana? Ya mungkin urusan nomer sekianlah, yang pentingkan jabatan itu tetap ada pada silsilah keluarganya, weleeeeh weleeeeh.
Berdalih melanjutkan perjuangan sang keluarga pada negara? Hmmm.Tapi coba dipikirkan lagi deh, apakah dinasti politik itu memiliki kecenderungan untuk menutupi perilaku koruptif pemimpin sebelumnya?
Kalau kata KPK sih, kemungkinan iya. Wedeeeewwww, ngeri sekali.
Kalau suatu kepemimpinan mengedepankan kedekatan darah saja, ya susah untuk majunya. Padahal yang seharusnya diprioritaskan kan kehebatan dan kompetensi orangnya. Seperti kata Bang Iwan Fals :
“Wakil rakyat kumpulan orang hebat. Bukan kumpulan teman–teman dekat, apalagi sanak famili.”
Weeeleeeeh weleeeeh. Tapi jangan khawatir, ada juga kok pemimpin yang tak suka dengan dinasti politik atau setidaknya tak mencirikan simbol dinasti membabibuta itu.
Salah satu contohnya, Syahrul Yasin Limpo. Gubernur Sulawesi Selatan yang telah berkuasa selama dua periode ini, memilih posisi yang tak biasa. Ia lebih baik menjadi pemimpin yang dimusuhi para dinasti politik. Hmmm, kalau ini namanya luaaarrrrrr biasa.
Buktinya, ia memiliki gebrakan menarik saat memasuki masa purnatugas. Wedeeewww, apaan tuh? Ternyata, ia dengan tegas menolak jadi juru kampanye bagi adiknya sendiri. Wow!
Awalnya, ia diindikasikanakan melahirkan dinasti politik baru, karena adiknya, Ichsan Yasin Limpo pun ikut juga mencoba peruntungan menjadi Gubernur Sulawesi Selatan melalui jalur independen di Pilkada tahun ini.
Namun karena Syahrul tak ingin membangun pondasi dinasti, ia akhirnya menolak permintaan menjadi juru kampanye bagi adiknya tersebut. Weleeeeeh weleeeeh.
Dilema sih, masa adiknya sendiri engga mau dibantu?Tapi di sisi lain, ya Syahrul juga tak ingin marwahnya sebagai gubernur anti dinasti tergadaikan, ahahahay. Mantap betuuullll.
Padahal kalau Syahrul jadi jurkamnya, kemungkinan bisa menarik suara. Ya lumayanlah kan udah dua periode jadi Gubernur, pasti sudah punya simpatisan dong, weleeeh weleeeeh.
Jadi, kira-kira masih sanggup enggak ya Syahrul jadi ‘musuh dinasti politik’ di masa kampanye nanti? (Z19)