“Cinta tak pernah gagal panen. Karena bahagia dan sedih itu hasil permanen.”
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]iapa yang tidak senang jika melihat rekan sebangsanya atau rekan sedaerahnya menjadi orang yang sukses dan membanggakan? Selain itu, siapa yang terdiam jika melihat rekan dari daerah yang sama mengalami kesulitan? Hmmm, anggota Dewan Pembina DPP Partai Golkar, Fadel Muhammad membuktikan dan membantah pertanyaan ini gengs.
Seakan bangga dan tidak rela melihat Sandiaga Uno dalam keadan yang sulit, Fadel lantas menjulit dan berdalih mengungkapkan kekecewaannya kepada Presiden Jokowi yang tidak menggaet kader Golkar sebagai cawapres untuk Pilpres 2019. Weleh-weleh.
Apa kalian yakin statement yang dikemukakan Fadel itu sekedar muatan politik partainya saja? Atau ada motif lain yang dimaksud Fadel? Apakah mungkin karena Sandiaga sebagai cawapres oposisi berasal dari Gorontalo, membuat Fadel and the gengs berbelok dan mendukung Sandiaga di Pilpres 2019?
Hmmm, tidak ada yang tahu pasti gengs apa maksud yang terpendam di dalam hati Fadel. Yang pasti untuk sementara ini Fadel dan internal Golkar sedang terbelah dalam menyongsong Pilpres 2019. Sedih memang, tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Ma’ruf Amin yang terlanjur kecebur tak henti dijadikan bahan takabur. Weleh-weleh.
Di sisi lain gengs, isu Munaslub Partai Golkar mencuat usai Jokowi resmi memilih Ma’ruf. Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto dinilai gagal meyakinkan Jokowi dan parpol koalisi untuk maju jadi kandidat Pilpres.
Huft, kasihan ya Airlangga, padahal baru kepilih jadi Ketum Partai Golkar, eh sudah harus ditumbangin lagi karena gatot alias gagal total lobi jadi cawapresnya Jokowi. Wkwkwkw.
Kalau menurut pengamat politik Rico Marbun, Partai Golkar saat ini tidak dapat berbuat banyak, terlebih dalam menyikapi gejolak penolakan dan isu Munaslub yang menyatakan akan melepaskan diri dari petahana.
Menurutnya, meninggalkan Jokowi memiliki risiko yang lebih besar karena harus menggelar Munaslub. Munaslub diyakini akan membuat internal partai kembali pecah dan itu berbahaya dalam menghadapi Pileg. Woiya gengs, jangan sampai cuman karena Partai Golkar kesal disebut kecebong, malah bikin gagal para calon kader korupnya kepilih di Pileg 2019 gengs. Ahahaha.
Eh typo lagi gengs, maksud eyke itu kader Golkar yang anti korupsi gengs, bukan kader Golkar yang sukanya korupsi. Contohnya, kayak mantan Ketua Umum Partai Golkar Setia Novanto, mantan Menteri Sosial Idrus Marham dan yang lainya itu gengs. Wkwkwkw.
Oh iya, btw gengs, menurut kalian apa yakin Partai Golkar enggak akan buat Munaslub? Atau Partai Golkar memang tidak akan membuat Munaslub, tetapi mesin politiknya akan tetap pincang dalam memberikan dukungan? Hmmm, tapi kalau situasinya kayak gini terus, siap-siap aja deh di Pilpres 2019 para cebong gagal berevolusi jadi kodok. Wkwkwkw. (G35)