“Tanpa teman tidak ada yang akan memilih untuk hidup, meskipun ia memiliki semua barang-barang lainnya.” ~Aristoteles
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]alam politik, sulit untuk memastikan hubungan antar pribadi. Kadang yang terlihat marah-marahan di dunia politik, tapi sebenarnya memiliki hubungan yang sangat dekat di kehidupan sehari-hari. Tapi ya gitu, hubungan tidak benar-benar bisa dipastikan. Atau bisa jadi semuanya memang hanya semu. Jadi hubungan itu terjadi sesuai kepentingannya aja. Hiya, hiya, hiya…
Misalnya aja hubungan antara Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Martak dengan calon wakil presiden nomor urut 01 Ma’ruf Amin. Mereka ini kan kerap terlihat bersebrangan. Terutama setelah Ma’ruf menjadi pendamping Joko Widodo. Tapi baru-baru ini mereka terlihat akur.
Foto-foto kunjungan tersebut beredar di kalangan wartawan. Martak tampak duduk di sebelah kiri Ma’ruf. Ulalalaa… ada apa eh ada apa?
Dalam pandangan politik pertemuan yang harusnya biasa-biasa saja jadi luar binasa. Eh, luar biasa.. Hehehe Share on XSebelum netizen kegeeran lebih jauh, Martak sudah menegaskan bahwa kunjungannya tersebut hanya dalam kapasitas sebagai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI). Martak sendiri memiliki posisi sebagai Bendahara di MUI masa kepengurusan 2015-2020, sedangkan Ma’ruf sekarang masih menjabat sebagai Ketua Umum MUI.
Setelah melakukan rapat rutin mingguan, Martak bersama pengurus MUI lainnya mendengar berita bahwa kaki Ma’ruf terkilir karena terjatuh. Karena itu mereka langsung berinisiatif untuk menjenguk.
Wahh, kirain mau ngerancanain bikin ijtima ulama jilid sekian gitu. Ehh ternyata cuma mau jenguk-jenguk manja. Tapi kira-kira, kalau mereka ngumpul gitu, ngomongin apa ya? Ngomong, ‘Eh ente beneran nggak mau dukung ane di Pilpres? Par bet sichh’ gitu nggak? Wkwkwkwk… ya kali dah..
Martak menegaskan bahwa pertemuan itu sama sekali tak membicarakan seputar politik. Ia mengatakan pertemuan itu sebatas menjenguk dan mendoakan Ma’ruf agar cepat sembuh.
Alhamdulillah ya, walaupun beda pilihan politik tapi tetap bisa saling mendoakan. Yang begini harus banget dicontoh sama seluruh umat manusia. Apalagi buat yang katanya sampe nggak mau sapa-sapaan sama temen satu pengajiannya. Beuhh, parah banget sih itu. Nggak dewasa. Hehehe. (E36)