“Reputasi dan nama baik Gerindra sebagai partai pembela rakyat kami bangun dengan keringat, darah, dan airmata selama lebih sepuluh tahun dan tidak akan kami biarkan tercoreng oleh siapapun.” ~ Ketua Bidang Hukum DPP Partai Gerindra Habiburokhman
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]pa sih berita yang paling menyenangkan untuk ditulis mengenai Partai Gerindra? Setiap kali ada yang bisa ditulis, paling enggak jauh-jauh dari nyinyiran-nya Fadli Zon, atau keluhan Habiburokhman yang enggak abis-abis tentang pemerintahan Jokowi. Kayaknya mentang-mentang jadi oposisi, komentarnya harus yang negatif terus ya?
Ternyata eh ternyata, fenomena ini enggak hanya dirasakan oleh para pencari berita dan pembacanya aja, tapi juga oleh Wakil Sekertaris Jenderal Gerindra Nuruzzaman. Permasalahan yang paling utama sih, karena Nuruzzaman enggak terima sama perkataan Fadli Zon yang menghina KH Yahya Cholil Staquf.
Gara-gara kesel, makanya Nuruzzaman memutuskan untuk hengkang dari partai besutan Prabowo itu. Hmm, sebenarnya sih wajar aja ya kalau ada kader yang memutuskan keluar karena merasa tidak seirama dan sejalan dengan partainya. Itukan hak orang tersebut, udah banyak kok kader partai lain yang melakukan hal sama.
Gerindra itu Partai Allah.
Mana mungkin jadi corong kebencian ?Si Ganteng Habiburokhman ngga bakal tahu namanya kebencian.
Di “Simpang Susun Semanggi” aja dia bingung mana arah ke Grogol,… https://t.co/gfszGhf78a— Bernat J. Arifin Siregar (@Bernat_Siregar) June 13, 2018
Tapi kalau di Gerindra, ternyata jadi masalah lho. Bahkan sampai mau disomasi segala! Ampun dah, itu partai kok baperan amat ya. Pasalnya sih sederhana aja, Nuruzzaman cuma bilang kalau Jakarta itu kota intoleran dan enggak sependapat ama Fadli soal Kyai Yahya. Taelaaah, kayak gini doang aja mau di somasi coba.
Kalo dipikir-pikir, pernyataan Nuruzzaman kan enggak nyerang-nyerang Gerindra banget kok. Coba liat aja tuh Titiek Soeharto yang keluar dari Golkar dan ngancem mau ngambil 20 persen suara Golkar buat Partai Berkarya. Nah itu baru wajar deh, kalau kader Golkar pada baper. Nah, ini nyerang aja enggak, malah di somasi. Sungguh aneh!
Merujuk pernyataan Johann Wolfgang von Goethe dari Jerman yang punya seabrek profesi – dari novelis, sastrawan, humanis, ilmuwan, sampai filsuf ini – orang-orang yang terlalu sensitif alias baperan, biasanya orang yang tengah merasa tidak percaya dengan dirinya sendiri. Woooh, apa artinya somasi itu dilayangkan Habiburokhman karena Gerindra takut kehilangan Nuruzzaman? Sae low lah kalau begitu, Bur! (R24)