“Stay true, never switch sides” – Drake, penyanyi rap asal Kanada
PinterPolitik.com
Baru-baru ini, Partai Gerindra telah memilih lima juru bicara khusus. Partai yang diketuai oleh Prabowo Subianto ini menunjuk Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua Umum Sugiono, Ketua DPP Habiburokhman, dan Ketua DPP Ahmad Riza Patria untuk mewakili suara mereka di publik.
Kebijakan itu tergolong menarik karena sebelumnya terdapat politisi-politisi Gerindra lainnya yang juga identik dengan partai itu, seperti Fadli Zon dan Arief Poyuono. Kedua politisi yang juga termasuk dalam bagian dari pengurus pusat partai Gerindra ini, sering kali bersuara di hadapan publik dan media setiap kali ditanyai mengenai posisi politik partainya.
Menurut Muzani, jubir-jubir yang dipilih oleh Gerindra ini ditujukan agar ada formalisasi antara siapa-siapa yang jadi jubir dan yang bukan jubir – serta agar partai memiliki tata krama dan tata tertib yang jelas. Wah, memangnya sebelum ini tata tertib gimana nih? Mungkin, soal itu bisa ditanyakan kembali ke Fadli dan Poyuono nih. Hehe.
Rumornya nih, pemilihan jubir ini dilakukan karena dua politisi tersebut sering dianggap tidak sesuai dengan posisi politik partai. Namun, sepertinya masyarakat perlu berhati-hati nih dalam meraba-raba mengapa Fadli dan Poyuono nggak masuk dalam daftar pilihan jubir partai.
Pasalnya, rumor-rumor itu bisa-bisa ngebikin Pak Poyuono muntah dan buang air besar. Kan, kasihan Pak Poyuono.
Lagi pula, Poyuono sendiri bilang jubir-jubir itu nantinya bertugas untuk melindungi Pak Prabowo – dalam menjalankan program-program Pak Joko Widodo (Jokowi) – dari berbagai serangan. Ya, wajar lah. Kan, Pak Prabowo sendiri kini telah mendukung penuh pemerintahan Pak Jokowi dengan menjadi Menteri Pertahanan.
Hmm, keren juga ya Pak Prabowo dan Pak Jokowi bakal dapet tambahan perlindungan lagi. Tapi nih, uniknya, Poyuono sendiri bilang kalau dirinya bakal siap bila perlu mengkritik pemerintah. Fadli juga bilang kalo dirinya adalah jubir rakyat.
Kalau gitu, Bapak-bapak dari Gerindra ini suatu saat bisa saja dong berhadapan dengan bapak-bapak dari Gerindra yang satunya. Lha, bisa-bisa laganya jadi Gerindra vs Gerindra dong nanti?
Waduh, bisa-bisa mirip dengan crossover Spider-Man yang bertemu dengan Spider-Man versi tahun 2099 dong. Dalam kasus Fadli dan Poyuono, laga serupa mungkin terjadi antara Gerindra versi oposisi melawan Gerindra versi pemerintah. Hehe.
Tapi, Pak Poyuono dan Pak Fadli nggak bisa sepenuhnya dibilang salah juga sih. Sebagai partai yang sebelumnya kerap memposisikan diri sebagai oposisi, menjadi wajar kalau nature seperti itu akan tetap melekat pada citra partai itu.
Lagi pula, kan nggak ada salahnya mengkritik pemerintah apabila terdapat kebijakan-kebijakan yang dapat dikoreksi. Kalau diingat-ingat lagi, Pak Muzani juga pernah bilang kalau kritik itu penting, baik dari luar maupun dalam pemerintah.
Hmm, mungkin, Gerindra juga perlu kembali pada marwahnya sebagai partai yang siap mengoreksi pemerintahan Jokowi. Meski ada Pak Prabowo, tidak ada salahnya apabila Gerindra tetap mengkritik pemerintah. (A43)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Mau tulisanmu terbit di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.