“Seorang jenderal yang sangat ahli dalam menyerang membuat lawannya tidak tahu bagaimana harus bertahan”. ~ Sun Tzu
PinterPolitik.com
[dropcap]J[/dropcap]angan takut terhadap musuh yang menyerang karena tak selamanya serangan itu akan membuahkan hasil yang baik. Maka dari itu, satu – satunya pertahanan terbaik ialah menyerang balik.
Diindikasikan melakukan upaya penghambatan penyidikan KPK terhadap kasus korupsi KTP-el yang menjerat Setya Novanto, mantan pengacaranya ini akhirnya bernasib sama dengan kliennya, masuk jeruji besi KPK. Uhuhu, puk, puk jangan sedih ya, weleeeeh weleeeeh.
Walaupun kini sedang dalam proses praperadilan, rasanya mantan pengacara Setya Novanto ini akan bernasib sama dengan kliennya. Uhuuukkk, uhuuukk. Ibarat senasib sepenanggunganlah ya.
Saat bermain drama itu kan bareng – bareng, masa pas nerima hukuman ga mau bareng – bareng juga? Weleeeeh weleeeeh.
Rasanya tak ada satu pun yang mau disalahkan. Walaupun sebenarnya salah, pasti hatinya melakukan pembenaran. Itu juga yang dilakukan Fredrich Yunadi, mantan pengacara Setya Novanto.
Kalau bicara tentang kebenaran dramanya yang diduga menghambat penyidikan, itu sih akan terbukti nanti di persidangan.
Tapi Fredrich tak mau disalahkan. Akhirnya Fredrich kembali ‘menghajar’ Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK yang membacakan dakwaan dan katanya sih meneror keluarga Fredrich, bla bla bla.
Apa iya begitu? Kalau benar, KPK sadis juga berarti. Kalau tidak benar, ya Fredrich sukses jadi aktor, weleeeeh weleeeh.
Fredrich dengan lantangnya mengatakan JPU KPK adalah tukang tipu. Weeleeeeh weleeeeh, masa kalau tukang tipu bisa jadi jaksa sih, hadeuuuhhh. Jangan menuduh sesuatu yang belum tentu benar.
Nanti malah nyeret Fredrich ke pasal penghinaan, pencemaran nama baik atau perbuatan tidak menyenangkan lagi. Kan lumayan bisa dipenjara gara-gara gitu doang, weleeeeh weleeeeh.
Selain itu, Fredrich mengatakan bahwa JPU KPK itu masih anak muda yang suka membuat skenario. Waduh, apa lagi itu? Masa iya sih JPU KPK itu sutradara atau produser, kan ga mungkin rasanya. Kecuali memang dulunya sering bikin drama.
Kalau JPU KPK bikin skenario, dia ga akan bikin skenario sekeren kaya drama tiang listrik. Belajar dari mana ya? Fredrich punya usul? Uuupppssss keceplosan, weleeh weleeeeh. (Z19)