“Nothing changes the gender equation more significantly than women’s economic freedom.” – Gloria Steinem
PinterPolitik.com
Belum lama jadi Kapolri, Idham Azis sudah kena kritik. Kali ini bukan dari penanganan kasus yang lambat atau perseteruan dengan lembaga tertentu. Melainkan karena pernyataan Idham Azis yang cukup kontroversial mengenai peran perempuan.
Ketika istri Idham Azis, Fitri Handari ditanyai bagaimana menyiasati perannya sebagai istri seorang Kapolri, dia pun menjawab bahwa dirinya tidak suka ikut campur soal jabatan sang suami. Menurutnya lebih baik berolahraga karena biasanya sportif.
Entah ada angin apa, Idham Azis pun nyeletuk kepada wartawan kalau dia selalu menekankan kepada istrinya untuk ngurus tiga –ur yaitu dapur, sumur dan kasur. Istri pun seharusnya fokus mengurus tugas rumah tangga menurut Idham.
Tentunya pernyataan ini bermaksud baik untuk sang istri agar tak dimanfaatkan untuk dijadikan alat kepentingan. Tapi sayangnya Pak Idham mungkin lupa kalo sekarang perempuan lagi memperjuangkan pemberdayaan dan kesetaraan.
Dan seperti yang kita tahu, masyarakat sudah mulai sadar terhadap kesetaraan jender. Apalagi mereka yang mematut diri sebagai feminis. Mungkin beberapa dari kita agak takut untuk menyoroti pernyataan ini. Tentunya karena satu dua hal yang semua sudah tahu. Tapi tidak bagi beberapa pejuang kesetaraan jender kelas kakap di nusantara. Pernyataan Idham Azis sebagai pejabat publik menyulut jiwa pembela kesetaraan jender mereka.
Tentunya untuk memajukan pembangunan, peran serta perempuan akan sangat berarti untuk menggerakkan roda perekonomian, terlebih pada negara dengan penduduk perempuan yang masif. Mengatakan bahwa perempuan tempatnya di dapur, sumur dan kasur ya sama saja bikin mandek perkembangan sumber daya manusia (perempuan) buat gerakin pembangunan ekonomi. Ini bisa bikin Pak Jokowi bete sih.
Pernyataan ini pun dikeluarkan oleh aktivis kesetaraan jender Kalis Mardiasih yang misuh-misuh kalo pernyataan tersebut merupakan perspektif yang keliru. Bisa berputar kembali roda zaman. Belum lagi pernyataan dari Komisioner Komnas Perempuan, Adriana Venny Aryani bahwa stigma dapur, sumur dan kasur itu diskriminasi jender.
Nah, garda utama pembela kesetaraan jender pun ikut bersuara. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA), I Gusti Ayu Bintang Darmavati ngomong kalo peran perempuan tidak hanya dapur, sumur dan kasur. Sekarang perempuan sudah setara dengan pria dalam jabatan di ruang publik.
Agaknya ini merupakan hidangan pembuka bagi Pak Idham di awal jabatannya. Mungkin lain kali bapak bisa lebih hati-hati kalo ngomong soal perempuan. Kami kan sensitif pak dan hanya ingin dimengerti. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.