“Dalam kegaduhan politisi tak sempat dan tak bisa berpikir, karena itu mereka terus menciptakan kegaduhan”. ~ Habel Rajavani
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]akil Ketua DPR, Fahri Hamzah menjadi sorotan terus – menerus, terlebih terkait nasibnya yang sudah di penghujung jalan. Apakah Fahri akan bertahan di PKS atau jadi ‘kutu loncat’ ke partai lain?
Kabarnya, banyak tawaran yang menghampirinya, namun kenyataannya seolah berlawanan dengan sikap PKS. Fahri direbutkan partai lain tapi dibuang oleh partainya sendiri, ahhh syudahhlahh, weleeeeh weleeeeh.
Bahkan Fahri langsung diajak oleh Presiden Jokowi untuk bergabung menjadi bagian dari Partai Golkar. Uhuuyy, sekelas Presiden aja sadar dengan potensi Fahri. Ettttt sebentar, emang Presiden Jokowi punya jabatan apa di Partai Golkar? Kok main ajak – ajak aja, weeeeww.
Pantesan aja ajakan Presiden Jokowi ditolak Fahri, kan Presidennya juga bukan kader Partai Golkar. Tapi, kayaknya Fahri bisa berubah pikiran kalau diajaknya sama tokoh penting Partai Golkar, betul tidak? Hmmm, gatau juga sih, weleeeeeh weleeeeh.
Kalau Partai Golkar benar – benar melihat potensi Fahri dan ingin meminangnya, seharusnya Partai Golkar tak meminjam mulut orang lain. Ajakan itu harus keluar dari Ketua Umumnya atau dari tokoh penting Partai Golkar. Nah kalau begitu kan jadi enak weleeeeh weleeeh.
Coba saja ajakan itu keluar dari mulut Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Wwedeeewww, memang apa pendapat Airlangga tentang sosok Fahri? Nah kalau bisa bermanfaat bagi Golkar rasanya Airlangga wajar kalau perlu turun gunung begitu, weleeeh weleeeh.
Nah, kalau ajakan dari Presiden ditolak ya wajar karena kan Jokowi bukan kader Partai Golkar. Cuma kalau ajakannya datang dari Jusuf Kalla gimana? Waduhhhh, Wakil Presiden itu kan titisan Partai Golkar, hmmm bingung ga Fahri mau nerima atau enggak?
Ahhh syuuudahlaahhh, sayang sekali jangan kepedean dulu. Jusuf Kalla tak berniat dan tak mau mengajak Fahri bergabung di Partai Golkar. Waduh weleeeeh weleeeh.
Emang kenapa sih? JK ogah ajak Fahri gabung ke Partai Golkar karena JK menilai sosok Fahri itu seperti politikus yang biasa aja. Weleeeeh weleeeh. (Z19)