“Musuh kita adalah pemerintah yang gagal membuat kita bersaudara sebab agama tidak ada yg mengajarkan kebencian. Ajaran kebencian datang dari khotbah (akibat) mereka yang gagal mengelola negara,” ~ Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]eran oposisi dalam sebuah sistem demokrasi memang gak kalah pentingnya untuk menyeimbangkan posisi pemerintah. Karena ketika pemerintah dirasa melakukan kesalahan dan rakyat berpotensi menderita, maka di situ oposisi berperan. Begitulah sekiranya yang ada di alam pikiran ideal seorang Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
Kritikan dan hobi nyinyirnya terhadap pemerintah sudah dijustifikasi sebagai sesuatu yang berfaedah dan baik untuk masyarakat. Ya seperti ketika baru-baru ini dia mengkritik pemerintah dalam cuitannya. Menurutnya musuh bangsa Indonesia adalah pemerintah yang gagal membut kita saling bersaudara.
Loh kok eike jadi bingung ya. Jadi kalau kita saling bermusuhan itu biang keroknya pemerintah? Ini mah udah suudzon atuh. Lebih lanjut Fahri menambahkan bahwasanya agama tidak ada yang mengajarkan kebencian. Dan ajaran kebencian datangnya dari khotbah mereka yang gagal mengelola negara. Maca ci?
Musuh kita adalah pemerintah yang gagal membuat kita bersaudara sebab agama tidak ada yg mengajarkan kebencian…ajaran kebencian datang dari khotbah mereka yang gagal mengelola negara…perhatikanlah… https://t.co/zNyyQt1ExD
— #20TahunReformasi! (@Fahrihamzah) May 15, 2018
Ya secara subyektif boleh lah Bang Fahri bilang begitu. Tapi apa lantas pendapat pribadi ini bisa dibenarkan? Palingan cuma sebatas common sense aja. Emang sih agama tidak mengajarakan kebencian. Tapi pemeluk agama tersebutlah yang telah menyalahgunakan agama sehingga mereka melakukan hasud.
Coba deh kita iseng cek profil pelaku teror di Indonesia! Hampir bisa dibilang mereka punya latar belakang mendalami ilmu agama secara radikal. Masa eike suruh bersaudara sama orang yang punya paham radikal gitu? Ogah ah! Kalau udah gitu salah siapa? Pemerintah? Jiah, cape deh. Gak usah cari kambing hitam deh.
Itu mah salah umat yang mempelajari agama secara parsial sehingga mudah terkontaminasi bibit radikal. Kayaknya nih ya, teroris itu sekarang berkamuflase atas nama agama untuk mendapatkan banyak dukungan. Ya itu karena menurut Karl Marx: “Agama adalah candu bagi masyarakat”. Ngeri-ngeri sedap.
Eike berani jamin deh, kalau pelaku teror ini bisa dibilang 100% berdelusi mengenai sosok pemerintah yang disebut thaghut sehingga layak untuk diserang. Bahkan darah aparat keamanan dikatakan halal untuk dibunuh. Apa bibit kebencian ini juga salah pemerintah? Helow! Lagi bermain logical fallacy ya?
Kalau ada khotbah yang bersifat provokasi dan radikal ya itu tindakan yang salah dung. Dan itu harus dicegah. Begitu pula website Islam abal-abal yang isinya cuma menghasut umat untuk membenci pemerintah. Keberadaan yang salah itu gak boleh dibenarkan. Tapi jangan lantas juga menyalahkan pemerintah atas apa yang terjadi. Hadeuh. Teroris itu memang udah tabiatnya ngeriweuhin negara orang. (K16)