“Apakah ada teroris bersenjata dalam kampus? Apakah mereka bikin markas teroris di kantor Menwa? Kenapa senang menampakkan pasukan bersenjata masuk kampus? Ini Polri atau Kompeni?” ~ Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]yo, ada yang tau persamaan penyakit kulit panu pada tubuh dengan radikalisme di Indonesia? Yup, keduanya sama-sama dapat menjalar melalui media yang dihinggapi dan bisa memperluas area yang terinfeksi. Bayangin aja rasanya kalau panu gak segera diobati di awal kemunculannya, beh, bisa jadi tambah luas tuh panu di kulit.
Apalagi kalau panu itu dengan sengaja dipelihara, yang ada nanti seluruh tubuh ini bisa jadi putih cling-cling kayak boyband Korea, hahaha. Nah, begitu juga dengan paham radikalisme di Indonesia. Paham ini kan gak serta-merta muncul bak hujan saat teriknya sinar matahari di siang hari. Jadi gak ujug-ujug nongol.
Radikalisme bisa tetap eksis di Indonesia hingga kini, ya karena ada pihak-pihak yang memang dengan sengaja menanam bibit ini dengan berbagai upaya. Salah satunya yang dianggap cukup efektif dalam pembibitan paham radikalisme yaitu dengan memanfaatkan lembaga pendidikan seperti kampus. Wew.
Hal itu terbukti saat Densus 88 menangkap tiga orang terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di kawasan Universitas Riau pada Sabtu lalu. Ketiganya merupakan alumni kampus tersebut. Waduh, ini kampus kok udah kayak produsen teroris aja sih. Yang kayak gini nih yang justru ngerusak citra kampus.
Saya mendapat gambar ini, dan saya mendapat beberapa link:
1. https://t.co/mE9zQ7cd9T
2. https://t.co/rNvdnATeKh
Ini bukankah cara menghadapi kampus. Ini merusak iklim yang kita harapkan tumbuh. pic.twitter.com/eEFuvaZ4BG— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) June 2, 2018
Tiga terduga teroris itu tertangkap berikut barang bukti bom rakitan, senapan angin dan satu buah granat tangan rakitan. Penangkapan pelaku ini merupakan pengembangan atas keterangan dua terduga teroris yang diringkus sebelumnya. Keduanya juga mantan mahasiswa di univesitas yang sama dengan pelaku.
Nah kan, dari kasus ini terbukti kalau kampus itu pranata paling efektif untuk menanam bibit radikalisme. Tapi, uniknya nih ya, ternyata masih ada aja loh pihak-pihak yang menampik fakta ini. Salah satunya adalah Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
Entah kenapa kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini justru menyayangkan sikap Polri yang agresif menangkap terduga teroris itu di dalam kampus. Menurutnya tindakan tersebut hanya bentuk represif terhadap terhadap aktivis Islam. Fahri berani jamin, kampus bukan sarang teroris seperti yang Polri duga.
Dari ujung ke ujung kita tahu arti semua ini. Maka kebenaran tidak boleh hanya satu versi. Tuduhan yang dibuat oleh pemerintah dan sejenisnya tentang radikalisme di kampus itu yang dimaksud adalah aktifis Islam. #SaveKampus
— #2019HayyaAlalFalah (@Fahrihamzah) June 2, 2018
Lah, ini Bang Fahri gak bisa bedain individu bibit terorisme dengan aktivis Islam? Apa dia gak percaya sama yang dilakukan Polri dalam menumpas terorisme di Indonesia? Wakil rakyat kok malah nyinyirin langkah Polri ini sih? Di sisi lain argumen Bang Fahri ini malah seakan melindungi terduga teroris itu atas nama aktivis Islam.
Aktivis Islam dari Hongkong? Justru adanya penangkapan berikut barang bukti di TKP, membuktikan jika sebagian pemeluk Islam telah terkontaminasi dengan paham radikal. Siapa mereka? Ya lebih spesifiknya yang tergabung dalam Jamaah Ansarut Daulah. Jadi gak usah malu untuk mengakui fakta ini. Apalagi malah menuding Polri melakukan upaya represif terhadap aktivis Islam. Jadi Bang Fahri, bela teroris apa gimana sih? (K16)