“Korupsi itu seperti bola salju, setelah ditetapkan akan terus bergulir terus, membesar dan membesar.” ~ Charles Caleb Colton.
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]engawali semaraknya tahun 2018 ternyata tak bernilai baik bagi pemberantasan korupsi. Banyaknya para penyelenggara negara yang terciduk KPK merupakan sebuah pertanda bahwa perlawanan terhadap korupsi belum selesai.
Terlebih saat memasuki tahun politik, potret tontonan yang terlihat ialah Operasi Tangkap Tangan (OTT) ataupun penetapan tersangka pada pejabat oleh KPK.
Weleeeh weleeeh, koruptor ga akan pernah habis kali ya persediaannya, KPK penuh lah kalau para pejabatnya korup semuanya, hadeuuuuhhhh.
Seharusnya yang disajikan ke masyarakat ialah prestasi dan harapan nyata ke depan, bukan malah perilaku korup. Itu sih namanya aib dan sangat memalukan, weleeeh weleeeh.
Tentunya kalau kasus korupsi biasanya tak mungkin dilakukan hanya oleh satu orang saja kan, nah pasti ada kompromi – kompromi diantara satu dan yang lainnya.
Tapi kalau yang ditangkap KPK hanya satu orang, otomatis biasanya akan ada ‘nyanyian’ untuk menyeret pihak – pihak yang terlibat lainnya. Kena satu, kena semua, hmmm emang enak? weleeeh weleeeh.
Nikmati uang korupsi bareng – bareng, dipenjara juga harus bareng lah. Namanya juga solidaritas, solid maling duit rakyat, seharusnya solid juga untuk dipenjara ahhhh syudaaahlah.
Nazar depresi …
Mendekati asimilasi..
Tapi ku hentikan…
PerSekongkolan mereka aku bongkar…
Mau serang balik pakai jurus mabok aku lawan pakai jurus tapak suci… https://t.co/938Prwr5Dv— #MerdekaBro! (@Fahrihamzah) February 19, 2018
Tapi tak sedikit juga sih, politikus yang mengatakan secara lantang bahwa ia adalah tokoh antikorupsi. Tapi lama – kelamaan saat kasus korupsinya terkuak, biasanya politikus itu hanya bisa bungkam.
Hmmm, kalau ketauan korup gitu kok politikus itu ga segarang biasanya sih, ciut ya weleeeeh weleeeeh. Politikus model begitu kocak sih, hadeeeuuhhh, tahu malu ga ya? Fahri Hamzah begitu ga ya?
Sepertinya Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah yang selalu jadi kritikus langganan KPK ini memiliki nilai kekritisan yang pedas dan tajam. Tapi kok Fahri malah disebut Nazarudin menerima duit korupsi sih?
Bener ga ya? Waduh, berabe nih urusannya.
Nah loh, kok nama Fahri disebut Nazaruddin? ahhh syudahlah. Kalau Nazaruddin nyerang Fahri, secara otomatis serangan balasan akan ada.
Tapi kalau Fahri diusut KPK dan ternyata terbukti melakukan tindak pidana korupsi, tamatlah sudah riwayatnya. Arti lainnya Fahri segera ditangkap KPK dong? Weleeeeh weleeeeh. DPR masih bisa kebal ga ya? (Z19)