“Pak Jokowi harus nonton lah ini supaya tidak salah paham melulu (dengan massa aksi 212).” ~ Fadli Zon
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]ari sekian banyak aksi yang identik dengan nomor cantik, rasanya aksi 212 cukup berkesan dan masih membekas hingga saat ini.
Bahkan, bukan hanya ada reuni 212 tapi kerinduan aksi 212 itu diabadikan dalam bentuk film. Wadaaww, 212 dibikin film? Mantul bener deh, mantap betul, ehmm. Judulnya 212 The Power of Love.
Tentu kalau aksi 212 itu bisa menghadirkan ribuan bahkan jutaan yang turun ke jalan, kayaknya sih kalau spiritnya masih terjaga, otomatis film 212 itu juga akan punya potensi ditonton banyak orang.
Apalagi para tokoh politik nasional sudah mengawali nonton film 212 secara bersama – sama. Makanya, tak heran ketika melihat Prabowo Subianto dan Fadli Zon sudah menonton 212 dan menginstruksikan kepada seluruh kader Partai Gerindra untuk menonton film 212.
Ahh syudahhlah, sudah pasti banyak yang menonton kalau begitu sih, hitung aja kader Partai Gerindra ada berapa, ya lumayan lah.
Tapi sebenernya ada salah satu cara lagi supaya film 212 bisa ditonton banyak orang. Salah satu Warganet mencoba mengusulkan kalau mau ramai yang nonton, film 212 harus ditonton oleh Presiden Jokowi, sama seperti saat Jokowi menonton film Dilan.
Alhasil, Fadli Zon yang tahu kabar itu langsung mengajak Jokowi untuk menonton film 212 juga, uppss, tapi ajakan Fadli ini bukan menjadikan Jokowi sebagai magnet yang menarik masyarakat.
Tapi ternyata ajakan Fadli itu adalah ajakan nyinyir kepada Jokowi supaya lebih memahami aksi 212 melalui film. Ehmm, emang kalau politikus, apa aja bisa jadi alat serang buat lawannya.
Hanya karena perkara film 212, Fadli menyerang Jokowi tapi dengan cara menghasutnya untuk menonton film 212.
Hadeuuh, udah tahu oposisi masih lembek mengkritik Pemerintah, bukannya serius mengkaji persoalan kebangsaan malah kritik yang nyinyir begini mulu. Oposisi emang ga mau bernasib baik seperti di Malaysia?
Makanya salah seorang Jenderal di Tiongkok, Sun Tzu mengatakan yang terpenting dalam sebuah peperangan itu adalah menyerang strategi musuh.
Weeiitss, Fadli kebiasaan amat ya nyerang penguasa dengan kritik yang ga substansial, weleeeh weleeh. (Z19)