“Ketika engkau dihasut dan di pikiranmu terpaut, terjadilah pertempuran hati. Sejenak engkau terdiam, berselimut tanda tanya: ada apa, kenapa, mengapa?” – Netral, Pertempuran Hati
PinterPolitik.com
Tahun depan bakal jadi tahun yang tersuram untuk DPR RI. Bukan kenapa-kenapa ya, soalnya selama 5 tahun ini, lembaga legislatif itu selalu menjadi center of gravity – keren juga istilahnya hehe – dan menjadi sorotan utama pemberitaan politik nasional.
Tokoh-tokoh pimpinannya emang selalu mengundang kontroversi hati. Publik tentu ingat bagaimana kiprah “Papa” Setya Novanto sebagai Ketua DPR yang akhirnya berujung benjol sebesar bakpao di dahi dan sel tahanan di Lapas Sukamiskin.
Lalu ada pula kiprah duo Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang terkenal keras dalam pernyataan-pernyataan politik serta kritik mereka terhadap pemerintah. Keduanya ini kompak banget, bisa lah dibandingkan dengan Upin dan Ipin. Hehe, pizzz bang.
Nah, tahun depan akan jadi tahun tersuram karena kemungkinan besar nggak ada lagi suara-suara keras dari pimpinan DPR. Papa Setnov udah pasti masih di penjara ya. Kecuali kalau doi lagi pengen makan Nasi Padang. Upppss. Hehehe.
Lalu, Fahri nggak maju jadi anggota DPR lagi. Sementara Fadli kemungkinan besar nggak akan ada di kursi pimpinan dewan. Mungkin karena alasan itulah Fadli memanfaatkan banget momen-momen di sisa masa kekuasanya.
Perlu gak sih menurut kalian? pic.twitter.com/ewef1H0N1E
— Pinterpolitik.com (@pinterpolitik) May 31, 2019
Hal ini tampak dari pernyataan terbarunya yang menilai pengungkapan fakta-fakta kerusuhan 22 Mei 2019 oleh pemerintah mengandung bias.
“Harusnya lebih holistis. Jangan menjadi satu versi”, begitu kata Fadli.
Duh, Bang, yang membeberkan fakta-fakta itu kan polisi ya. Jadi Bang Fadli nggak puas nih sama kinerja kepolisian? Upps. Hehe.
Tapi, apa yang dibilang Fadli ada benarnya kok. Soalnya, seperti yang disampaikan oleh Amnesty International Indonesia, ada beberapa hal yang kurang lengkap dari penjelasan yang diberikan oleh pihak kepolisian.
Misalnya terkait korban yang tewas dan pelaku yang melakukan penembakan di malam hingga dini hari kerusuhan tersebut, tak ada penjelasan yang lengkap tentang itu. Menurut Amnesty International, polisi gagal mengungkap hal yang penting untuk para keluarga korban, yaitu seperti apa konteks kejadian yang kala itu terjadi.
Wih, bener juga sih yang dibilang Amnesty International. Soalnya yang bikin heboh kerusuhan 22 Mei 2019 lalu emang terkait korban jiwa itu. Masa publik tidak mendapatkan kejelasan terkait hal itu?
Apa perlu nyewa Sherlock Holmes dan Watson buat menyelidiki serta membuka semua tabir kegelapannya?
Atau sekalian panggil Batman aja kali ya, biar doi bisa bilang: “It’s not who I am underneath, but what I do that defines me.”
Yang nggak ngerti artinya, silahkan di-Googling ya. Google nggak diblokir Kemenkominfo kok. Lagian ada VPN juga. Uppps. Hehehe. (S13)