“Lebih baik menjadi orang bodoh dan tidak mengerti apa-apa, daripada menjadi orang terpelajar yang tidak tahu jalan.” – Doraemon
PinterPolitik.com
(Serial ‘Abdul dan Dirinya’, episode #7: Penistaan Doraemon)
[dropcap]S[/dropcap]ebagai orang yang tidak bisa menggambar, Abdul iri dengan orang-orang yang jago dan bisa melakukannya.
Boro-boro gambar, bikin garis lurus saja kadang nggak benar-benar lurus. Yang penting jalan hidup Abdul lurus lah ya, sekalipun cuma jadi bagian dari bisnis katering dan laundry milik istri. Nggak kayak politisi-politisi yang katanya taat beragama, eh ujung-ujungnya korupsi duit rakyat. Hadeh.
Nah, karena nggak bisa gambar, Abdul jadi suka banget baca komik. Itu dari dulu sejak di bangku SMP dan SMA. Doraemon, Shincan, Ninja Hatori, dan lain-lain. Semuanya adalah kesukaan.
Tapi sekarang di usia kepala empat, Abdul nggak bisa lagi secara terbuka beli dan baca. Dimarahin istri cuy.
“Nggak ada bacaan lain yang lebih berfaedah ya, Dul?” Begitu katanya. Busyet dah. Makanya sebagai alasan, seringnya bilang beli buat anak – si Joni. Kebetulan dia juga suka komik.
Abdul sebenarnya heran, mengapa ya orang sering memandang rendah komik? Pagi tadi misalnya, Abdul lihat berita tentang politisi yang sering disama-samain netizen dengan aktor iklan deterjen, Bang Fadli, yang ngritik presiden karena suka baca komik.
Katanya sekarang ini lagi ada tragedi karena pemimpinnya nggak suka nulis dan membaca. Bacaan pemimpinnya pun saat ini Doraemon dan Shincan. Buat doi, hal itu tidak menunjukkan kualitas dan publik jadi nggak tahu arah kemajuan negara ini mau ke mana.
Ah, Bang Fadli mah gitu. Emang doi nggak tau ya kalau sekelas Presiden Ronald Reagan di Amerika Serikat aja suka banget baca komik? Tiap pagi malah doi baca komik.
Bang Fadli yang banyak baca pasti juga belum tahu hasil riset Profesor Dale Jacobs dari Windsor University yang menyebut baca komik itu bermanfaat untuk melatih orang berpikir secara berbeda. Soalnya baca komik itu butuh kecerdasan yang kompleks, melibatkan visual, spasial dan tekstual. Gila nggak tuh?
Komik juga saat ini jadi identitas nasional loh. Lihat aja tuh Manga di Jepang, sekarang jadi subculture yang digemari di seluruh dunia. Bahkan jadi identitas nasional mereka.
Lagian Bang Fadli, jadi presiden itu berat loh. Masa udah capek-capek dan butuh istirahat saat penerbangan dari Aceh ke Solo, malah disuruh baca Politics Among Nations-nya Hans J. Morgenthau?
Abdul tahu sih politik luar negeri kita lagi kacau – sama negara sejengkal bernama Vanuatu aja diteror terus soal Papua – tapi pemimpin kan juga butuh yang ringan-ringan dong bacaannya.
Malah Bang Fadli jadi terkesan menistakan Doraemon loh bang. Apa nggak takut dibully sama penggemarnya? Yang sama Mbah Moen aja belum selesai, ini malah nyari perkara lagi. Hadeh.
Pemimpin emang harus rajin baca, komik pun tak apa lah. Asalkan jangan salah baca surat menteri atau izin impor, kan nanti bikin ribut kalau bawahan saling tuduh. Uppss.
“Woi, Dul! Baca komik mulu kerjaan kau. Itu si Joni dijemput lah dari sekolah, biar pencitraan kau jadi bapak yang baik. Kan sekarang lagi ramai tuh pencitraan bawa-bawa anak”.
Busyet dah bini gua, mengganggu aja.
Nun jauh di Pulau Dewata, pria yang bebas setelah terjerat kasus Almaidah lagi sumringah. Liburan cuy. Foto-foto pre wedding udah, masuk partai merah udah, bikin channel YouTube juga udah.
Yang belum tinggal kolaborasi sama Atta Halilintar. Upps, congrats untuk 10 juta subscribernya bray! (S13)