“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” ~ Ali bin Abi Thalib
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]asyarakat banyak dikejutkan dengan koalisi PDIP dan Partai Gerindra, di beberapa daerah pada Pilkada serentak 2018. Secara logika koalisi yang terbangun ini layaknya membangun kastil di udara, seharusnya agak-agak nggak mungkin gimana gitu.
Pasalnya kedua pendukung partai ini belakangan lebih sering saling serang. Komentar buruk yang tak henti memadati media sosial begitupun media nasional, seringkali menjadi headline utama.
Ternyata apa yang nampak dari luar itu, tidak selalu sesuai dengan yang terjadi di dalam. Koalisi yang dibangun oleh PDIP dengan Gerindra di Jawa Timur misalnya membuktikan betapa cairnya politik Indonesia.
Analogi yang cocok untuk isu ini adalah seperti restoran yang menyajikan buku menu dengan lampiran foto-foto cantik yang sangat mengugah selera, tetapi setelah makanan selesai dibuat dan disajikan, ternyata sajian tidak sesuai dengan gambar di buku menu, sangat mengecewakan.
Tapi ini memang aneh bin ajaib gengs, Ketua Umum Gerindra Fadli Zon sempat bilang, koalisi partainya dengan PDIP di empat Provinsi serta sejumlah kabupaten dan kota memang karena adanya kecocokan. Wadaw #terkejud.
Dan yang menjadi pertanyaan, mengapa Jawa Timur menjadi wilayah koalisi kedua partai ini? Ayo kenapa ayo?
Nah berhubung koalisi PDIP-Gerindra di wilayah ini kalah gengs, apa menjadi pembenaran unutk logika para awam? Bahwa koalisi ini memang koalisi mimpi buruk untuk kedua partai ini? Hehehe.
Siapa coba yang kebayang dengan ekspresi mukanya Prabowo dan Fadli Zon pas koalisi ini kalah?
Wuh pasti main saling menyalahkan, kaya gini nih.
Fadli: Parah boss, kalah nih kita.
Prabowo: Et dah, gua bilang juga jangan main sama doi, sial kan jadinya.
Ahahah begitu juga sebaliknya gengs, di kubunya Jokowi dan Megawati:
Megawati : Jokowi, siapa suruh kamu? Pake nyuruh Airlangga dukung Khofifah segala? Siapa yang suruh kamu main sama gengnya Prabowo? Wes ta kandani kok ngotot? #tepokjidat.
Jokowi: Lha, bukannya ibu yang ngajak mereka gabung? Kan coba-coba, kali aja gitu bu hehehe, tapi Mas Airlangga mantep toh nurut sama aku? #ciekakinyadua.
Cocok memang operasi intelnya ini. Curiga deh sama Pak Jokowi, jangan-jangan dia suka sama Sun Tzu, makanya terinspirasi sama kata-kata ini.
Coba deh dianalisis: “Operasi intelijen sangatlah penting dalam peperangan. Setiap langkah pasukan sangat bergantung atasnya.” (G11)