“Let me go home. I’m just too far from where you are. I wanna come home” – Michael Bublé, penyanyi asal Kanada
PinterPolitik.com
Kalau kemarin kan banyak banget masyarakat yang bingung akibat informasi simpang siur yang disajikan oleh pemerintah terkait jumlah korban virus Corona, cuy. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang jengkel dan menyayangkan buruknya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Padahal nih, kalau koordinasi antar lembaga pemerintah kurang bagus yang dirugikan siapa, cuy? Ya, masyarakat seperti kita. Emang siapa lagi, cuy? Hadeuuhh.
Ayo dong bapak pejabat yang terhormat. Bapak dibayar negara dari uang pajak rakyat loh. Masa malah gak memberi informasi yang jelas dan akurat?
Katanya disuruh gotong royong. Sekalinya semangat gotong royong, ehh, pihak pemerintah yang malah gak terlihat komitmennya. Kalau menurut anak muda yang sedang dibuat mabuk asmara nih, ibaratnya udah mau komitmen memadu kasih hingga ke pelaminan, eh, di tengah jalan ditinggalin.
Kan nyesek banget, cuy. Sakit tapi gak berdarah. Mungkin, pemerintah maunya cuma ngomong, “Mohon bersabar. Ini ujian.” Hehehe.
Hmm, terus, masyarakat harus gimana dong? Masa harus menikmati saja nestapa yang berujung luka ini? Hmmm.
By the way, ada topik baru lagi nih, gengs. Masalah yang terbaru ini gak jauh beda sih – masih persoalan gagapnya koordinasi antara pejabat satu dengan yang lainnya. Udah tahu dong pastinya masalah apa itu. Kalau ada yang belum tau kita kasih tau nih, gengs.
Ceritanya begini, cuy. Awalnya nih Juru Bicara Presiden Fajdroel Rachman menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo memperbolehkan masyarakat untuk mudik Lebaran 2020 tetapi pemudik wajib isolasi mandiri selama 14 hari dan menyandang status sebagai Orang Dalam Pantauan alias ODP. Ehhh, tidak lama setelah itu, Pak Pratikno alias Menteri Sekretaris Negara merevisi kalimat bung Jubir.
Hadeuhhh, emang ini skripsi atau tesis ya? Kok ada revisi segala? Hehehe.
Menurut Mensesneg, yang benar itu seperti ini, cuy, “sebenarnya pemerintah mengajak dan berupaya keras agar masyarakat tidak perlu mudik Lebaran. Selain itu, pemerintah juga akan menyiapkan bantuan sosial agar diterima lebih banyak oleh lapisan masyarakat. Hal ini sesuai dengan keputusan Presiden tentang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)”.
Hmm, by the way nih cuy, coba kita amati secara seksama. Kok koordinasi dan pemahaman mereka terhadap informasi presiden gak sejalan semuanya ya gengs. Bahkan nih, informasi mereka sangat bertolak belakang. Hadeuhh, terus informasi yang valid dan benar seperti apa nih?
Padahal, pejabat seperti mereka ini kan dekat secara struktur dengan Presiden Jokowi. Kok sampai beda informasi ya? Lebih-lebih nih, cuy, mereka ini satu komplek loh kantornya. Kalau kata generasi milenial jaman sekarang seperti ini, cuy, “how can it be?”
Kalau yang satu komplek perkantoran aja komunikasinya gak bagus, terus bagaimana menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah, gengs? Mungkin, kita bisa bertanya kepada pasir yang ada di tepi lautan. Hehehe.
Ngomong-ngomong nih, bung jubir kok gagal memahami informasi dari Presiden ya? Jangan sampai nih masyarakat menilai bahwa Bung Fajroel gak credible sebagai juru bicara yaa.
Kalau Bung Fajroel saja tidak tau informasi yang benar dari presiden yang mana, terus kita bisa mendapatkan informasi dari siapa dong? Masa tanya dengan ombak di lautan atau rumput yang bergoyang? Hehehehe.
Wah, kalau begini caranya, kan masyarakat jadi bingung. Seperti kata Dilan, rindu itu berat lho. Bisa-bisa, karena rindu, udah berangkat mudik duluan karena informasi dari Bung Fadjroel. Gitu giliran makin banyak yang positif malah gak boleh mengkritik. Hmmm. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.