Sejumlah survei menempatkan Marine di peringkat atas. Ditambah “Trump Effect” maka jutaan disilusionis diperkirakan lebih memilih Marine ketimbang Fillon. Para pengamat politik Prancis bahkan menilai Marine bakal memenangi putaran kedua pemilihan presiden.
pinterpolitik.com
PARIS – Prancis segera memasuki pemilihan presiden. Telah terpilih empat calon yang akan berjuang untuk meraih suara terbanyak pada pemungutan suara April dan Mei nanti. Siapa yang paling kuat memenangkan pilpres nanti?
Keempat kandidat itu adalah Francois Fillon (Les Republicans), Benoit Hamon (Socialists), Marie Le Pen (Front National), dan Emmanuel Macron (Independent). Dari keempat calon presiden ini belum ada yang paling dijagokan.
Siapa dan mengapa keempat calon presiden itu? Pertama, Francois Fillon, kabarnya sangat mengidolakan reformasi dari Margaret Thatcher dan itu yang mendorongnya berjanji memangkas sektor publik Prancis.
Sektor publik ini mempekerjakan ribuan pegawai negeri, yang sebagian tugasnya hanya sedikit dan ada yang tak bekerja. Kampanyenya menjadi kacau setelah sebuah harian di Prancis menudingnya membayar istrinya, Penelope Fillon, hingga setengah juta euro, untuk melakukan pekerjaan fiktif.
Fillon kini sedang diselidiki aparat Prancis yang belum lama ini menggerebek Majelis Rendah parlemen terkait dengan kasus yang membelitnya. Akibatnya, popularitas Fillon melorot dan terancam tak bisa bersaing dalam pemilihan presiden.
Kedua, Marine Le Pen, putri dari tokoh sayap kanan Jean-Marie Le Pen yang dikenal rasial. Jean-Marie dikenal lebih senang membangkitkan perlawanan rakyat ketimbang mengurus partainya, Front National (FN), untuk merengkuh kekuasaan.
Namun, Marine, mantan pengacara, membawa FN ke arah yang sama sekali berbeda. Di tangan Marie, FN yang awalnya hanya perkumpulan neoliberal di bawah kendali ayahnya, kini menjadi sebuah gerakan untuk era populis.
Sejak memimpin FN pada 2011, Marine sukses memperhalus citra partai yang awalnya dinilai buruk. Kini, Marine malah dianggap sebagai calon kuat presiden Prancis.
Sejumlah survei menempatkan Marine di peringkat atas. Ditambah “Trump Effect”, maka jutaan disilusionis diperkirakan lebih memilih Marine ketimbang Fillon. Para pengamat politik Prancis bahkan menilai Marine bakal memenangi putaran kedua pemilihan presiden.
Kandidat ketiga, Emmanuel Macron, sempat menjadi Penasihat Ekonomi Presiden Francois Hollande sebelum menjabat Menteri Perekonomian, mulai 2014. Tetapi, Emmanuel membuat mentornya itu berang karena mengundurkan diri dari jabatannya dan mendirikan partai baru berhaluan tengah, “En Marche” (Bergerak).
Kini, Emmanuel memosisikan dirinya sebagai “kuda hitam” di tengah kejutan yang diberikan Donald Trump di AS. Menteri Perekonomian yang propengusaha dan belum pernah terpilih untuk jabatan publik apa pun, bersikukuh tak berdiri di kiri atau kanan, tetapi hanya untuk Prancis.
Kandidat keempat, Benoit Hamon, adalah politisi sayap kiri yang mengalahkan mantan PM Manuel Valls dalam pemilihan awal di Partai Sosialis Prancis. Hamon, mantan Menteri Pendidikan yang ingin mengurangi jam kerja, dari 35 menjadi 32 jam, memperoleh 58,65 persen dukungan di Partai Sosialis.
Hasil itu sangat mengejutkan, karena Valls dianggap terlalu kuat untuk dikalahkan dan diyakini bakal mewakili Partai Sosialis dalam pemilihan presiden. Namun, sejumlah survei menunjukkan, Hamon kemungkinan kalah dalam putaran pertama pilpres pada 23 April mendatang. (Kps/E19)